Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
12.07.2015 Views

Democracy Projectorang lain untuk menyebut “maqâlah” atau doktrin yang iakemukakan. Saya cenderung kepada kemungkinan yang kedua ini.Sebagian besar informasi yang kita miliki mengenai doktrin Jahmselama ini berasal dari sumber-sumber yang kurang bersahabatdengan Jahm, dan umumnya ditulis oleh para pengarang yangberafiliasi dengan sekte dominan dalam Islam, yakni sekte Sunni,yang berseberangan dengan sekte Jahmiyyah.Salah satu penulis penting dari kalangan Sunni yang mengritikdoktrin Jahm adalah Ahmad ibn Hanbal (w. 855), pendiri mazhabHanbali yang sekarang luas diikuti di negeri Saudi Arabia. IbnHanbal konon menulis buku berjudul Kitâb al-Radd ‘Alâ al-Jahmiyyah wa al-Zanâdiqa (Kritik Atas Kaum Jahmiyya danManichean). 7 Jahm sendiri sejauh ini tidak meninggalkan bukutertulis yang bisa kita baca sehingga kita tidak tahu dengan persisapakah doktrin-doktrin yang selama ini dinisbahkan kepada diabenar-benar pernah ia katakan atau tidak. Dari polemik penulispenulislain seperti Ahmad ibn Hanbal, saya mendapat kesan bahwaJahm ibn Shafwân adalah seorang pemikir yang independen,sekaligus seorang “aktivis politik” yang sangat gigih menentangkesewenang-wenangan kekuasaan Dinasti Umayyah pada saat itu. 8Karena oposisinya terhadap penguasa pada zamannya, Jahmdieksekusi oleh Salm ibn Ahwaz, 9 komandan polisi (wâli al-shurtah)yang bekerja untuk gubernur Khurasan, Nasr ibn Sayyâr, pada 22Maret 746. Seorang penulis “salafi” modern, Yâsir Qâdî, menyebutJahmiyyah sebagai “kekacauan (fitnah) terbesar yang menimpa umatIslam yang muncul dari kawasan timur” (Qâdî 2005:74).Sejauh ini, buku polemis berjudul Maqâlât al-Jahm ibn ShafwânWa Atharuhâ Fi al-Firaq al-Islâmiyyah (Doktrin al-Jahm ibn Shafwândan Pengaruhnya Terhadap Sekte-Sekte Lain) tulisan Yâsir Qâdîadalah salah satu sumber yang paling lengkap mengulasperkembangan gagasan sekte ini, meskipun dari sudut pandang yangsangat “polemis” dan bermusuhan. Saya tidak akan mengangggapbahwa buku ini sebagai sumber yang otoritatif. Apa yang sayalakukan di sini adalah membaca secara “positif ” informasi yangdikemukakan dalam buku itu secara “negatif ”. Dengan kata lain, jikadoktrin-doktrin Jahm diulas dalam buku itu untuk “dihakimi”dengan standar doktrin ortodoks, yakni doktrin Sunni, saya akanmengemukakan kembali doktrin-doktrin itu di sini dengan734 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Democracy Projectmelepaskan aspek penilaian yang tendensius dalam buku tersebut.Saya sangat terbantu dengan buku lain karya Jamâl al-Dîn al-Qâsimîyang sudah saya sebut di atas. Buku yang terakhir ini jauh lebihsimpatik dan “obyektif ” terhadap sekte ini. Dua buku ini, yang satupolemis dan yang lain simpatik, akan menjadi dua sumber utama sayadalam mengulas doktrin dan pandangan-pandangan Jahm ibnShafwân.Salah satu doktrin utama Jahm ibn Shafwân yang sering disebutoleh penulis buku-buku doksografi adalah sikapnya yang secara kerasmenolak sifat-sifat Tuhan. Oleh karena itu, Jahm biasa dianggapsebagai perintis awal dari tren yang kemudian berkembang dibelakang hari di kalangan kaum rasionalis Islam yang disebutMu’tazilah, yaitu trend negativisme yang menolak penetapan sifatsifatuntuk Tuhan. Sifat-sifat Tuhan yang termuat dalam Quran atauhadis harus ditafsirkan secara metaforis, tak boleh dipahami secaraharafiah. Jahm menganut semacam prinsip umum bahwa Tuhantidak boleh dikenai sifat-sifat yang selama ini disandang oleh manusiaatau ciptaan yang lain, sebab hal itu, langsung atau tidak, akanberujung pada antropomorfisme, yakni menyerupakan Tuhandengan ciptaan-Nya. Oleh karena itu, Jahm menolak mengenakansifat hidup dan mengetahui kepada Tuhan. Menurutnya, Tuhan tidakbisa disebut sebagai subyek yang mengetahui, sebab itu adalah sifatbagi manusia. Meskipun demikian, Jahm tidak menolak sama sekalimengenakan sifat pada Tuhan. Ada tiga sifat yang ia pandang layakdikenakan pada Tuhan, yaitu berkuasa (qâdir), berbuat/bertindak(fâ’il), dan menciptakan (khâliq). Tiga sifat ini tidak bisa dikenakanpada Tuhan. Manusia dan ciptaan lain tidak bisa menyandang sifatsifatini. Ini jelas terkait dengan doktrin Jahm yang lain, yaitudeterminisme (jabariyyah): bahwa manusia bukanlah pemiliktindakan yang sesungguhnya. Hanya Tuhan yang bisa disebut sebagaisubyek yang bertindak, sementara manusia hanya bisa disebut sebagai“bertindak” secara metaforis atau derivatif saja. Dalam doksografiklasik, Jahm ibn Shafwân memang sering disebut sebagai salah satufigur penting dalam sekte Jabariyyah atau kaum determinis.Saya menduga, Jahm memiliki kecenderungan ke arahgnostisisme dan mistik unionisme atau kesatuan antara Tuhan danhamba-Nya. Beberapa pengkritik Jahm seperti Ibn Taymiyahmenuduh bahwa pandangan-pandangan Jahm dipengaruhi oleh paraBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 735

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>melepaskan aspek penilaian yang tendensius dalam buku tersebut.Saya sangat terbantu dengan buku lain karya Jamâl al-Dîn al-Qâsimîyang sudah saya sebut di atas. Buku yang terakhir ini jauh lebihsimpatik dan “obyektif ” terhadap sekte ini. Dua buku ini, yang satupolemis dan yang lain simpatik, akan menjadi dua sumber utama sayadalam mengulas doktrin dan pandangan-pandangan Jahm ibnShafwân.Salah satu doktrin utama Jahm ibn Shafwân yang sering disebutoleh penulis buku-buku doksografi adalah sikapnya yang secara kerasmenolak sifat-sifat Tuhan. Oleh karena itu, Jahm biasa dianggapsebagai perintis awal dari tren yang kemudian berkembang dibelakang hari di kalangan kaum rasionalis Islam yang disebutMu’tazilah, yaitu trend negativisme yang menolak penetapan sifatsifatuntuk Tuhan. Sifat-sifat Tuhan yang termuat dalam Quran atauhadis harus ditafsirkan secara metaforis, tak boleh dipahami secaraharafiah. Jahm menganut semacam prinsip umum bahwa Tuhantidak boleh dikenai sifat-sifat yang selama ini disandang oleh manusiaatau ciptaan yang lain, sebab hal itu, langsung atau tidak, akanberujung pada antropomorfisme, yakni menyerupakan Tuhandengan ciptaan-Nya. Oleh karena itu, Jahm menolak mengenakansifat hidup dan mengetahui kepada Tuhan. Menurutnya, Tuhan tidakbisa disebut sebagai subyek yang mengetahui, sebab itu adalah sifatbagi manusia. Meskipun demikian, Jahm tidak menolak sama sekalimengenakan sifat pada Tuhan. Ada tiga sifat yang ia pandang layakdikenakan pada Tuhan, yaitu berkuasa (qâdir), berbuat/bertindak(fâ’il), dan menciptakan (khâliq). Tiga sifat ini tidak bisa dikenakanpada Tuhan. Manusia dan ciptaan lain tidak bisa menyandang sifatsifatini. Ini jelas terkait dengan doktrin Jahm yang lain, yaitudeterminisme (jabariyyah): bahwa manusia bukanlah pemiliktindakan yang sesungguhnya. Hanya Tuhan yang bisa disebut sebagaisubyek yang bertindak, sementara manusia hanya bisa disebut sebagai“bertindak” secara metaforis atau derivatif saja. Dalam doksografiklasik, Jahm ibn Shafwân memang sering disebut sebagai salah satufigur penting dalam sekte Jabariyyah atau kaum determinis.Saya menduga, Jahm memiliki kecenderungan ke arahgnostisisme dan mistik unionisme atau kesatuan antara Tuhan danhamba-Nya. Beberapa pengkritik Jahm seperti Ibn Taymiyahmenuduh bahwa pandangan-pandangan Jahm dipengaruhi oleh paraBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 735

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!