12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Tetapi argumen kaum positivis Islam ini, menurut saya, hanyalahseparoh benar. Separoh yang lain sebetulnya kurang tepat. GenerasiNabi dan sahabat memang generasi awal Islam. Pada generasi itu,bukan saja tak ada diskusi mengenai teologi. Diskusi mengenai halhalyang lain juga jarang terjadi. Semua diskusi mengenai cabangcabangpengetahuan dalam Islam –entah teologi, fikih, hadis, tafsir,dan lain sebagainya—belum berlangsung pada generasi itu. Mazhabfikih beserta prosedur diskursif dalam sebuah mazhab juga belumpernah ada pada zaman Nabi dan generasi sahabat. Tetapi apakahhal ini berarti seluruh diskusi pasca-generasi sahabat itu menjaditidak valid sama sekali? Apakah seluruh percakapan yang kaya pascagenerasiawal Islam itu menjadi tidak sah, dan harus kita anggapsebagai bidaah yang dibenci oleh agama, hanya karena tidakdicontohkan oleh generasi perdana (salaf)?Argumen kaum positivis Islam itu bersandar pada suatuparadigma yang khas, yaitu mengubah fakta menjadi nilai;mengangkat sesuatu yang semula hanya merupakan deskripsi darisuatu kenyataan, menjadi semacam nilai yang seharusnya diikuti –dari kenyataan empiris menjadi evaluasi yang preskriptif. Sebagai -mana terjadi dalam masyarakat manapun, kita akan menjumpaisemacam evolusi dalam masyarakat Islam, baik evolusi pada aspekkelembagaan, maupun aspek doktrin dan gagasan. Kalau kita telaahperkembangan sejarah Islam pada masa klasik (abad ke-9 hingga ke-12 Masehi–masa yang sering disebut sebagai “periode formatif ”),jelas sekali bahwa yang mengalami evolusi bukan saja bentuk-bentukluar dari masyarakat Islam sendiri, tetapi juga doktrin dan hukum.Apa yang disebut sebagai doktrin Sunni sebagaimana dirumuskanoleh ‘Abd al-Qâhir al-Baghdâdî dalam bukunya yang sudah sayasinggung di atas, yaitu Al-Farq Bain al-Firaq, jelas merupakanpenemuan belakangan yang tak pernah ada pada zaman Nabi atausahabat. Dalam uraian berikut ini, saya akan memberikan contohtentang “invensi doktrinal” dalam Islam berdasarkan sejumlahcontoh yang ada dalam karya itu.Dalam bagian akhir bukunya itu, al-Baghdâdî merumuskansemacam definisi yang ketat untuk kelompok yang disebut denganAhl al-Sunnah wa al-Jamâ’ah (selanjutnya akan saya sebut ASJ saja),yakni kelompok yang menurut pengikutnya dianggap sebagai satusatunyakelompok dalam Islam yang akan mencapai jalanBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 731

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!