12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>memenangkan pertarungan tersebut, dan kemenangan itu memilikidampak yang jauh dan mendalam dalam membentuk cara pandangmasyarakat Islam saat ini. Cara pandang itu, sebagaimana akan sayaulas lebih detil di bawah, adalah apa yang ingin saya sebut sebagiparadigma yang “sunnah-centric”.Saya tergerak menulis mengenai soal ini karena (untuk tugastertentu) sedang membaca sebuah risalah yang ditulis oleh seorangalim dari Syam (Syria), Jamâl al-Dîn al-Qâsimî (1866-1914), yangberjudul Tarîkh al-Jahmiyyah wa al-Mutazilah (Sejarah tentang SekteJahmiyyah dan Mutazilah). Al-Qâsimî juga dikenal melalui tafsirnyayang luas dibaca di dunia Islam saat ini, Mahâsin al-Ta’wîl.Di antara buku-buku yang ditulis mengenai sejarah perdebatansekte-sekte klasik Islam yang biasa kita baca dalam literatur yangsering disebut sebagai doksografi (kutub al-milal), mungkin karya al-Qâsimî ini termasuk yang paling seimbang dan mencoba dengansadar untuk bersikap obyektif. Al-Qâsimî, misalnya, dengan sadarmelihat bahwa ada kecenderungan umum di kalangan penulis sejarahsekte-sekte Islam untuk berangkat dari perspektif doktrinal tertentuuntuk kemudian menghakimi sekte-sekte lain sebagai menyimpangberdasarkan perspektif yang ia anut itu. Mereka juga cenderunguntuk mengutip pendapat sekte-sekte itu dari sumber-sumber yang“kurang bersahabat”, bahkan membenci, dan kerap pula menyebutpendapat-pendapat tersebut di luar konteks. Al-Qâsimî menyebut,antara lain, kritik Fakhr al-Dîn al-Râzî (w. 1209) terhadap buku yangsudah dianggap standar dalam sejarah sekte-sekte Islam yangdikarang oleh al-Shahrastânî (w. 1153) berjudul al-Milal wa al-Nihal.Kelemahan dasar buku al-Shahrastânî ini, dalam pandangan al-Râzî,adalah karena yang terakhir itu terlalu banyak bersandar pada karyalain yang ia anggap terlalu “keras” terhadap sekte-sekte lain yangberbeda. Karya lain itu tak lain adalah buku karya ‘Abd al-Qâhir al-Baghdâdî (w. 1037) yang berjudul al-Farq Bain al-Firaq (Al-Qâsimî1979:32).Fondasi keimanan dalam Islam, sebagaimana kita tahu adalahmonoteisme atau tauhîd. Di antara tiga agama-agama semitik yanglain, mungkin Islamlah yang paling keras menerapkan doktrinmonoteistik ini. Konsep tauhîd yang berarti secara harafiah“menyatukan Tuhan” biasa dilawankan dengan konsep lain, yaitu724 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!