Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
12.07.2015 Views

Democracy Projectmemaparkan, bahwa ”Dewasa ini wawasan kebangsaan dalamtataran konsep maupun realitas sedang menghadapi tantangan serius.Ide separatisme seolah-olah muncul tiba-tiba sebagai hantu yangmengancam kesatuan dan persatuan bangsa. Pemerintah semakintidak berwibawa berhadapan dengan masyarakat, seperti terlihatdalam berbagai kerusuhan yang terjadi di berbagai daerah. Kerukunanhidup antarumat beragama yang, di negeri ini, juga di masa laludibanggakan, juga sedang menghadapi persoalan serius. Hampir disetiap peristiwa kerusuhan sosial, nuansa konflik agama selalu terlihatbaik kentara maupun samar-samar. Ungkapan klise ”aman terkendali”tak terdengar lagi”. Penerbitan buku ini memang dimaksudkan untukbahan kewaspadaan menghadapi segala kemungkinan konflik yang,langsung maupun tidak langsung, tersamar atau terang-terangan,dilatarbelakangi oleh perbedaan agama.Tujuan kegiatan penerbitan ini adalah untuk memasyarakatkanpemikiran, konsep-konsep, dan hasil penelitian, agar menjadi bahanpengetahuan dan renungan siapapun yang memiliki keprihatinanatau perhatian terhadap masalah-masalah seperti itu. Sayang, bukubukuberharga terbitan Departemen Agama yang demikian berharga,tidak ada di pasaran bebas, sehingga pembacanya pun sangat ter batas.Jumlah bukunya terbatas, dan distribusinya pun tidak menjangkauluas.Pak Djohan sendiri adalah orang yang tidak pernah merasa puasdengan apa yang dilakukannya. Kalau sudah menyangkut kerukunanagama dan perdamaian, ia terbiasa dengan menempuh jalan apa saja.Kadang hanya melontar pikiran, atau menggulirkan pendapat,kemudian orang lain yang melaksanakan. Kamar kerjanya seakanuntuk siapa saja yang berkepentingan atau komitmen untukpersaudaraan antariman, terbuka ”24 jam” di kantornya. Ia tidakmerasa risih berdiskusi atau menerima tamu, yang seakan tidak adakaitan kangsung dengan urusan kantornya.KERUKUNAN BERAGAMA PERSPEKTIF GENDERSuatu hari kami, Marzani Anwar, Musdah Mulia, Anik Farida,terlibat dalam diskusi masalah kesetaraan gender dari sudut pandangagama. Maksudnya, agar semua aspek yang bersinggungan denganmasalah tersebut bisa dibedah secara akademis di lingkung an BadanLitbang Agama. Ternyata pak Djohan menyambut baik, bahkan misi36 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Democracy Projectkesetaraan gender dipandang perlu disosialisasikan di kalangan parapeneliti khususunya dan di lingkungan departemen pada umumnya.Menurut pak Djohan, akan lebih stratagis kalau juga mewacanakanpentingnya melakukan kajian-kajian agama dan persoalan HAM, danmelibatkan semua agama.Tidak sulit bagi pak Djohan, selaku Kepala Badan LitbangAgama, untuk menfasilitasi forum kajian agama dan gender. Kegiatandiskusi dwimingguan pun difasilitasi. Hasil pembicaraan dengan TheAsia Foundation, di mana Robin Bush selaku konsultan, menyetujuikegiatan kajian tentang agama dan gender dilangsungkan di LitbangAgama. Pertemuan ke pertemuan membahas persoalan bersama,keprihatinan bersama, mencari solusi bersama, dan dengan melibat -kan semua penganut agama, sudah berarti mengusung kebersamaandan melupakan perbedaan.Terbiasa dengan menjalankan aktivitas bersama, dan ber -tanggung jawab bersama untuk penyelesaian beragam persoalan.Karena melibatkan ormas dan lembaga berbagai agama, forum inisekaligus berfungsi sebagai dialog antaragama. Arti dialog agamasendiri memang tidak berarti harus membahas masalah agama, tetapimembahas sesuatu masalah secara bersama-sama di antara pemukayang berbeda agama.Diskusi dengan cara ini berarti selangkah maju memerankanDepartemen Agama untuk menciptakan kerukanan. Lebih khususlagi adalah dari kalangan perempuan, yang menurutnya, selama inikurang diperhitungkan peranannya. Menggali khazanah lama sampaimembedah persoalan-persoalan mutakhir harus dalam perspektifgender. Itu sudah menjadi kebutuhan. Terutama menyangkut programkerukunan, perlu ada affirmative action di mana masalah-masalahperan perempuan di ruang publik diangkat secara lebih proporsional.Djohan Effendi, bersama teman-teman yang selama ini aktifpada kajian gender, tampaknya ingin membangun forum seperti itu,yaitu forum yang mempertemukan tiga kepentingan: pertama,keterlibatan orang dari berbagai agama; kedua, mengangkat sesuatuyang sedang tren di masyarakat, yaitu politik, dan ketiga, membahasdengan perspektif agama.Forum kajian agama dan gender (FKAG), kemudian resmidilembagakan, meski tidak struktural di bawah Badan LitbangAgama, dan Djohan Effendi menjadi salah seorang pendirinya.Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 37

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>kesetaraan gender dipandang perlu disosialisasikan di kalangan parapeneliti khususunya dan di lingkungan departemen pada umumnya.Menurut pak Djohan, akan lebih stratagis kalau juga mewacanakanpentingnya melakukan kajian-kajian agama dan persoalan HAM, danmelibatkan semua agama.Tidak sulit bagi pak Djohan, selaku Kepala Badan LitbangAgama, untuk menfasilitasi forum kajian agama dan gender. Kegiatandiskusi dwimingguan pun difasilitasi. Hasil pembicaraan dengan TheAsia Foundation, di mana Robin Bush selaku konsultan, menyetujuikegiatan kajian tentang agama dan gender dilangsungkan di LitbangAgama. Pertemuan ke pertemuan membahas persoalan bersama,keprihatinan bersama, mencari solusi bersama, dan dengan melibat -kan semua penganut agama, sudah berarti mengusung kebersamaandan melupakan perbedaan.Terbiasa dengan menjalankan aktivitas bersama, dan ber -tanggung jawab bersama untuk penyelesaian beragam persoalan.Karena melibatkan ormas dan lembaga berbagai agama, forum inisekaligus berfungsi sebagai dialog antaragama. Arti dialog agamasendiri memang tidak berarti harus membahas masalah agama, tetapimembahas sesuatu masalah secara bersama-sama di antara pemukayang berbeda agama.Diskusi dengan cara ini berarti selangkah maju memerankanDepartemen Agama untuk menciptakan kerukanan. Lebih khususlagi adalah dari kalangan perempuan, yang menurutnya, selama inikurang diperhitungkan peranannya. Menggali khazanah lama sampaimembedah persoalan-persoalan mutakhir harus dalam perspektifgender. Itu sudah menjadi kebutuhan. Terutama menyangkut programkerukunan, perlu ada affirmative action di mana masalah-masalahperan perempuan di ruang publik diangkat secara lebih proporsional.Djohan Effendi, bersama teman-teman yang selama ini aktifpada kajian gender, tampaknya ingin membangun forum seperti itu,yaitu forum yang mempertemukan tiga kepentingan: pertama,keterlibatan orang dari berbagai agama; kedua, mengangkat sesuatuyang sedang tren di masyarakat, yaitu politik, dan ketiga, membahasdengan perspektif agama.Forum kajian agama dan gender (FKAG), kemudian resmidilembagakan, meski tidak struktural di bawah Badan LitbangAgama, dan Djohan Effendi menjadi salah seorang pendirinya.Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 37

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!