12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Berdasarkan pengalaman sejarah dan pertimbangan prinsipil,Montesquieu menolak pengaruh agama atas undang-undang. Beginiia jelaskan: undang-undang manusia yang berhadapan dengan akal,harus mengandung perintah-perintah dan bukan menyebarkanajaran-ajaran. Agama diberikan untuk menghadapi hati, maka iaboleh merumuskan banyak ajaran namun hanya sedikit perintahperintahsaja. 9 Bilamana agama hendak menetapkan apa saja yangbaik juga apa yang paling baik, yang bagus juga apa yang sempurna,maka ada baiknya kalau ketetapan itu menjadi ajaran dan bukanperintah, karena yang sempurna tidak dihadapkan pada seluruh umatmanusia dan semua benda. Montesquieu bisa menerima bahwadalam keadaan tertentu di mana negara tidak memenuhi tugasnyauntuk melindungi keselamatan hidup dan harta para warganya,agama bisa mengisi kevakuman itu. 10 Namun agama punya suatuketerbatasan: hanya pada pemeluk-pemeluknya, dan mereka itumerupakan salah satu bagian saja dari masyarakat, bukan semuanya.Sedangkan negara harus berhadapan dengan semua warganya tanpakecuali, secara egaliter.* * *Dalam banyak uraiannya, Montesquieu ternyata pemikir dari zamandulu yang bergiat pada permulaan zaman modern, dan meskipun iameletakkan landasan untuk perkembangan negara dan masyarakatmodern, namun dalam banyak segi pemikirannya tetap dirasakanrelevan. Khususnya dalam bidang hukum, negara modern yang jugamerupakan negara majemuk, harus berhadapan dengan semua rakyatyang menuntut satu hukum yang berlaku untuk semua secara setara.Berkaitan dengan peranan hukum Islam dalam negara majemukseperti Indonesia, gerakan demokratis pada permulaan “Orde Baru”telah mengambil sikap untuk menolak gagasan Masjumi yang hendakmemberikan status konstitusional kepada syariat. Yang paling vokalpada waktu itu, Nurcholis Madjid, tampil lagi ke depan bersamamurid dan anak didiknya pada masa “reformasi”. Disadarilah olehmereka bahwa fikih yang tradisional tidak pernah memikirkandengan tuntas kedudukan orang bukan Islam sebagai warga danbukan saja sebagai millet atau ahl adz-dzimma. Hasil wacana merekatentang soal itu yang dilakukan di lingkungan Paramadina pernah694 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!