12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>dengan nasib “relasi ke-5” dalam filsafat neo-konfusianisme, yaknirelasi antara dua pihak yang merupakan satu-satunya relasihorisontal di samping empat relasi lain yang vertikal (raja-rakyat,suami-isteri, bapak-putra, kakak-adik). Ketika Sun Yat Sen dan parapengikutnya, dalam revolusi 1911, hendak mengangkat relasi ke-5itu sebagai dasar tradisional Cina untuk membenarkan gagasannyamenuju republik, maka mereka ditolak dan akhirnya pahamdemokrasi di Cina lenyap dan relasi ke-5 tak berdaya. Mao Tse-Tungsecara mutlak kembali kepada relasi vertikal.Dengan melemahnya rasa fraternité dalam kehidupan demo -kratis di Barat, maka kesetiaan dan rasa sayang di antara sesamawarga juga melemah dan digantikan dengan semangat untuk meng -usahakan, berdasarkan paham kebebasan yang pertama-tamaditujukan untuk pribadi, apa saja yang beruntung baginya. Jadidemokrasi menjadi toko swalayan, dan siapa yang lebih kuat dankurang susila, maka dia yang paling beruntung. Kesempatan itupertama-tama digunakan oleh mereka yang memperoleh kekuasaan,tapi sikap itu sudah menular ke tengah rakyat, sedangkan yang lainsemakin digeser.Di Indonesia, sila yang dulu ditempatkan oleh fraternité nampak -nya diganti dengan suatu pola lain tapi juga dari gambar keluarga,yakni pola kekeluargaan. Memang keluarga merupakan basis darimasyarakat. Struktur mereka saling menentukan, dan masing-masingada macamnya. Di Indonesia, fraternité atau persaudaraan mula-mulajuga sangat dijunjung tinggi, malah “saudara” adalah panggilan yangumum dipakai. Akhirnya menjadi searah saja: Dari atas ke bawah,sedangkan dari bawah ke atas “bapak” lazim dipakai, sehinggasebenarnya bapakisme yang berkembang. Dan itulah cerminanpemahamannya tentang masyarakat: relasi vertikal yang berlaku,seperti dalam neo-konfusianisme.Demokrasi dan negara yang berasaskan persaudaraan yangsetara tinggal nama saja. Jadi kalau di Barat formalisasi interaksidemokratis melumpuhkan dinamika kehidupan demokratis, makahal yang sama mengikuti pola kekeluargaan di Indonesia danlingkungan budaya-budaya yang lain. Sebab “keluarga” bermacammacam.Ada yang berorientasi pada paham tradisional di mana paterfamilias (garis bapak) mengurus segala-galanya dari pendidikan anakanakhingga mencari calon pendamping pernikahan dst, ia menjadi686 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!