12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>internasional. Akan tetapi masyarakat dan para tokohnya rupanyajuga tidak berdaya mengatasi dengan kekuatan dan caranya sendirikonflik-konflik yang sejak lama dikembangkan, sehingga mencerai -beraikan masyarakat ke dalam pelbagai kelompok seperti terlihat dibeberapa daerah, yang akhirnya bermuara menjadi konflik-konflikberdarah di mana kelompok-kelompok penghancur yang dibawa dariluar mencari keuntungan untuk diri sendiri dan didukung olehunsur-unsur lama yang oleh rakyat hendak ditinggalkan. Kesetiaandan cinta pada tanah air dan manusianya tampak sebagai bayangankabur yang sudah lumpuh meskipun juga tidak sama sekali lenyap.Yang diutamakan dalam situasi seperti itu ialah kesetiaan padakepentingan sendiri dan kelompoknya. Baru setelah kerusuhanmembuat manusia insyaf, bayangan kabur itu dapat muncul kembalidengan daya dan semangatnya.Warisan “Orde Baru” hingga kini rupanya belum diatasi se -hingga konflik dan pemecahbelahan tetap dialami. Sama halnya adaketetapan resmi atau setengah resmi pemerintah yang bertujuanuntuk memecah-belah masyarakat dan mempertentangkan sebagian -nya dengan yang lain, dan kelompok-kelompok yang dengankekerasan dan intimidasi hendak memaksakan pendapatnya atas diriorang lain tetap beraksi tanpa ditindak seolah-olah mereka direstuioleh penguasa. Di manakah para intelektual yang dulu sibuk mem -perbincangkan masalah “civil society” atau “masyarakat madani”dan para pemuka masyarakat lain yang sempat mempertahankancita-cita tentang republik yang demokratis? Kebanyakan lumpuh jugadan nampaknya tidak siap menghadapi situasi baru yang sebenarnyapenuh kesempatan setelah jatuhnya “Demokrasi Terpimpin” dan“Demokrasi Pancasila” (sepatutnya: “Demokrasi P4”) dan kerinduanterhadap negara yang diimpikan oleh para pejuang memperolehangin baru di khalayak ramai.Demokrasi tidak memerlukan epitet (embel-embel) di belakangistilahnya, melainkan memerlukan sebuah pedoman atau prinsipyang menjernihkan motivasi dan mengarahkan tindakan praktisdalam penerapannya. Di Indonesia prinsip itu ialah Pancasila yangmengundang ijtihad atau dialog kemasyarakatan yang memberikantafsiran dan pengisian kepada sila-silanya sesuai dengan kebutuhanzaman dan perkembangan masyarakat yang berjalan terus dan takterhenti, yakni dialog yang tak terhenti pula dan tidak bisa dibekukan680 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!