12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>perguruan tinggi dan jangan sampai mengilhami aksi khalayak ramaiyang dapat merongrong wibawa penguasa. Kesetiaan dan cinta padatanah air, keindahan alam dan pada bangsa dijadikan mantra yangboleh diputar terus sampai akhirnya menjadi ritus formalitas belakadan kehilangan dinamikanya, namun kesetiaan pada negara danideologi asasinya dimanipulasi. Negara disamakan dengan peme -rintah, dan Pancasila, ideologi dasar negara, dibekukan dalamrumusan yang disiapkan oleh pemerintah dan kemudian ditetapkanoleh lembaga negara yang dikuasainya. Bukan Pancasila sebagaimanadiartikan oleh para pendiri republik, melainkan tafsirannya diikrar -kan dalam Pedoman Pengamalan dan Penghayatan Pancasila (P4)yang dijadikan satu-satunya asas dalam kehidupan bermasya rakat,berbangsa, dan bernegara, dan tafsiran itu menuntut taqlid, bukanijtihad (sebagaimana yang dituntut oleh Pancasila yang semula).Hasilnya, manusia menjadi jenuh dan mulai bertanya apakah negaraseperti ini yang diperjuangkan para leluhur dan pemuka gerakankebangsaan serta para pejuang dan pembela kemerdekaan. Dengankata lain, “Orde Baru” pun berkembang menjadi ideologi yang tidaksempat memupuk rasa persamaan, dan cinta serta kesetiaan terhadaptanah air dan manusianya di luar ruang kekuasaannya. Terjadilahalienasi antara penguasa dan rakyat. Akan tetapi tiada demokrasiatau negara yang bisa hidup makmur apabila tiada keserasian antarapemerintah dan yang diperintah. Mukaddimah UUD ’45, yaknikonstitusi Republik Indonesia, menyebut “Kedaulatan Rakyat”.Apabila kedaulatan itu dirampas oleh penguasa demi kepentinganpribadi dan kelompoknya, maka demokrasi itu sudah lenyap danrakyat diperbudak lagi seperti zaman dulu. Sebutan-sebutan seperti“Demokrasi Terpimpin” atau “Demokrasi Pancasila” hampir sajamenutup kesadaran terhadap kenyataan itu, sebab “demokrasi” tidakmemerlukan epitet (embel-embel) seperti itu. Negara seperti itu takdapat lagi dicintai oleh rakyat yang dirampas haknya. Negara dantanah air yang dicintai telah terpisah.Tahun 1998, pemerintahan “Orde Baru” jatuh. Namun salahsatu tujuan utama dari kebijakan Orde Baru hampir sepenuhnyatercapai: memecah-belah masyarakat dan melumpuhkannya. Masya -rakat sendiri dan para tokohnya tidak berdaya untuk menggesernyadengan kekuatan sendiri: Yang sebenarnya menjatuhkan peme -rintahan “Orde Baru” ialah krisis moneter dan ekonomiBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 679

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!