12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>dan pemandu Sunday Morning Club dekat dengan Pak MianAbdulhay dan Pak Saleh A. Nahdi yang Jemaat Ahmadiyah. Kamiyang membantu masing-masing mereka, juga jadi dekat. Walaupundalam keseharian kami tetap sering ketemu, tetapi dalam diskusikampus, forum kami berbeda. Mas Djohan bersama Dawammenjurus dalam membentuk kebijaksanaan HMI Jogja, sedangkanpenulis ditugaskan membenahi BEM yang di Jogja benar-benar parahsejak mahasiswa dibagi Rezim Orde Lama atas kelompok “revolusi -oner”, mahasiswa kiri yang dominan dan kelompok “anti revolusi”,di mana HMI berada bersama PMII, IMM, dan mahasiswa muslimlainnya.Ada yang mengatakan bahwa mas Djohan tidak “seksi” untukdiajak debat berlama-lama. Saya punya alasan yang sedikit berbeda,dan amat positif, tak hanya sekedar tak seksi. Pertama memangbidang gerak dan perhatian ekstra kurikuler kami agak beda, sepertisaya sebut di atas, di samping bidang akademi juga beda. Tapi lebihdari segalanya adalah segi manfaat yang optimum. Dalam lebihbanyak mengorek, bukan mendebat, saya merasa dapat pelajaran dariDjohan. Salah satu yang saya tak akan lupa adalah hadis qudsi, ”Akuadalah rahasia tersembunyi. Aku ingin rahasia itu dibuka, maka Akuciptakan manusia.” Saya mendengar pertama hadis itu dari masDjohan, dan langsung tersentak dan membatin. ”Kalau begituantroposentrisme punya adagium yang kokoh dalam nash Islam.”Pada tahun sekitar 1964 itu Djohan mengarang sebuah bukubernuansa perbandingan agama. Walaupun karya itu hanya setebal40-an halaman, sempat-sempatnya menjadi buah bibir mahasiswa.Buku itu membikin heboh, karena selama ini jarang yang mampumengangkat tema secanggih itu. Menampilkan kajian kritis tentangawal kelahiran Kristen, tentu sulit dihindari sensitifitasnya, apalagiforum pembacanya mahasiswa yang sedang dalam era formatif.Mengingat Djohan saat ini adalah seorang figur pluralis yangjarang tandingan, fenomena buku itu menarik. Hanya seorangDjohanlah dalam umur sedini itu bisa tetap santai, termasuk denganpara mahasiswa Kristiani dan bahkan dengan bapa Pendeta dan paraRomo. Bahkan saya amati, persahabatan mereka makin tahun, makinakrab. Tampaknya dalam dada Djohan, pencarian kebenaran tidakdilakukan melalui jalan lurus, tapi zigzag. Kebenaran yang sementaradikonter dengan kebenaran lain yang mungkin, yang bisa datang dariBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 671

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!