Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
12.07.2015 Views

Democracy ProjectRumah mereka dirobohkan dan mereka diusir sehingga merekaterpaksa mengungsi dan ditampung di kompleks transito Mataram.Nyaris selama 3,5 tahun setelah mereka terusir, nasib merekaterkatung-katung hingga hari ini. Kabar terakhir didapatkan bahwamereka bisa pindah ke rumah kontrakan, dan diberi bantuan beras.Para Ahmadi memohon dapat kembali ke rumah, walau tidak deberibantuan beras. Mereka merasa lebih berharga diperlakukan dengancara itu.Di tempat lain, di Manis Lor, beberapa kali pengikut Ahmadiyahdiintimidasi dan diserang. Bulan Desember 2007 terjadi lagipenyerangan dan 2 masjid yang mereka bangun dengan hasil keringatsendiri disegel oleh Satpol PP atas perintah Wakil Bupati Kuningan.Berikutnya menyusul 6 buah masjid dirusak massa. Beberapa orangmengalami luka-luka dengan 4 orang dirawat di rumah sakit.Pengikut Ahmadiyah di Cianjur juga mengalami intimidasi dandiserang. Di Desa Pangauban Masjid Ahmadiyah dirobohkan didepan mata aparat pemerintah termasuk pihak Kepolisian Sektor danResor setempat. Beberapa Ahmadi dipanggil ke Balai Desa dandipaksa untuk menyatakan tobat karena menurut mereka Ahmadiyahbukan Islam. Pada tanggal 18 Juli 2008, sekelompok massamembakar masjid dan madrasah Ahmadiyah di Parakan Salak,Sukabumi. Para siswa dan guru terpaksa diliburkan dari kegiatanbelajar mengajar.Terlalu panjang deretan kekerasan kalau ditulis satu per satu.Sejak awal peristiwa di Lombok dan lahirnya SKB telah terjadisekitar 82 kali kekerasan terhadap Ahmadiyah. Sesudah SKB sampaiDesember 2008, bertambah lagi dengan 35 kali kekerasan baru.Terakhir di Mahato seluruh atap mesjid terjerembab utuh, karenatiangnya ditebas massa entah memakai alat apa.Komnas HAM pun, setelah mendatangai lokasi tempatkekerasan berlangsung terhadap Jemaat Ahmadiyah menyimpulkan;Pertama, bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap kebebasanberagama; kedua, telah terjadi pelanggaran terhadap hak untuk tidakdiganggu rumah kediaman. Ketiga, telah terjadi pelanggaranterhadap hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,martabat, dan hak milik; keempat, telah terjadi pelanggaran hakuntuk mendapat pengakuan, jaminan, perlindungan, dan perlakuanhukum; dan kelima, telah terjadi pelanggaran hak untuk bebas662 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Democracy Projectbergerak, berpindah dan bertempat tinggal di wilayah RepublikIndonesia. Di samping itu Komnas Ham juga menyimpulkan adanyaindikasi pelanggaran berat Hak Asasi Manusia (Komnas HAM,2006). Tentu saja selama tiga tahun belakangan ini, data akansemakin bertambah jika Komnas HAM kembali melakukaninvestigasinya.Setara Institute mengeluarkan laporan bahwa, tahun 2007/8adalah tahun di mana pelanggaran kebebasan beragama danberkeyakinan terjadi sangat nampak di permukaan. Indikasinyaadalah terjadinya serangkaian perusakan, kekerasan, dan penangkap -an terhadap kelompok yang dianggap sesat, dan kelompok agamalain, yang dipertontonkan kepada publik. Lembaga ini mendesakkanbeberapa hal: pertama, mendesak negara untuk memberikanrehabilitasi, restitusi, dan kompensasi kepada korban-korbanpelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan serta menyusunmekanisme pemulihan yang berkeadilan. Kedua, mengingatkannegara untuk tidak tunduk kepada penghakiman massa dan padapada organisasi keagamaan korporatif Negara. Di sini negara harusbertindak berdasarkan konstitusi.TENTANG HUKUM YANG TAK TEGAKSuatu ironi bertambah ketika memasuki era demokrasi yangmembahagiakan ini. Dengan pemenuhan partisipasi warga negaradalam proses politik secara langsung, ternyata tidak juga dibarengidengan perubahan aturan yang lahir di era demokrasi terpimpinmaupun demokrasi otoriter. Aturan hukum yang sering dijadikanalat, terkadang oleh perangkat negara, adalah produk aturan hukumlama di era otoritarian. Salah satunya adalah masih dipakainyaPenetapan Presiden No. 1/PNPS/1965 yang statusnya ditingkatkanmenjadi UU No. 5/1969 tentang Pencegahan dan atau Penyalah guna -an Agama, dan keberadaan Badan Koordinasi Pengendalian AliranKepercayaan Masyarakat (Bakor Pakem) yang banyak dinilaimenyimpang dengan ketentuan hukum di atasnya dan tidak relevanlagi dalam kondisi memasuki demokrasi liberal sekarang ini. Inihanya menyebut satu contoh aturan yang terus dilestarikan tanpamelihat perubahan situasi sosial politik yang telah berubah.Sebagai negara moderen, Indonesia lengkap memiliki perangkatperundang-undangan yang tegas menjamin kebebasan beragama,Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 663

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Rumah mereka dirobohkan dan mereka diusir sehingga merekaterpaksa mengungsi dan ditampung di kompleks transito Mataram.Nyaris selama 3,5 tahun setelah mereka terusir, nasib merekaterkatung-katung hingga hari ini. Kabar terakhir didapatkan bahwamereka bisa pindah ke rumah kontrakan, dan diberi bantuan beras.Para Ahmadi memohon dapat kembali ke rumah, walau tidak deberibantuan beras. Mereka merasa lebih berharga diperlakukan dengancara itu.Di tempat lain, di Manis Lor, beberapa kali pengikut Ahmadiyahdiintimidasi dan diserang. Bulan Desember 2007 terjadi lagipenyerangan dan 2 masjid yang mereka bangun dengan hasil keringatsendiri disegel oleh Satpol PP atas perintah Wakil Bupati Kuningan.Berikutnya menyusul 6 buah masjid dirusak massa. Beberapa orangmengalami luka-luka dengan 4 orang dirawat di rumah sakit.Pengikut Ahmadiyah di Cianjur juga mengalami intimidasi dandiserang. Di Desa Pangauban Masjid Ahmadiyah dirobohkan didepan mata aparat pemerintah termasuk pihak Kepolisian Sektor danResor setempat. Beberapa Ahmadi dipanggil ke Balai Desa dandipaksa untuk menyatakan tobat karena menurut mereka Ahmadiyahbukan Islam. Pada tanggal 18 Juli 2008, sekelompok massamembakar masjid dan madrasah Ahmadiyah di Parakan Salak,Sukabumi. Para siswa dan guru terpaksa diliburkan dari kegiatanbelajar mengajar.Terlalu panjang deretan kekerasan kalau ditulis satu per satu.Sejak awal peristiwa di Lombok dan lahirnya SKB telah terjadisekitar 82 kali kekerasan terhadap Ahmadiyah. Sesudah SKB sampaiDesember 2008, bertambah lagi dengan 35 kali kekerasan baru.Terakhir di Mahato seluruh atap mesjid terjerembab utuh, karenatiangnya ditebas massa entah memakai alat apa.Komnas HAM pun, setelah mendatangai lokasi tempatkekerasan berlangsung terhadap Jemaat Ahmadiyah menyimpulkan;Pertama, bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap kebebasanberagama; kedua, telah terjadi pelanggaran terhadap hak untuk tidakdiganggu rumah kediaman. Ketiga, telah terjadi pelanggaranterhadap hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,martabat, dan hak milik; keempat, telah terjadi pelanggaran hakuntuk mendapat pengakuan, jaminan, perlindungan, dan perlakuanhukum; dan kelima, telah terjadi pelanggaran hak untuk bebas662 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!