12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>kritis tentang agama-agama terutama tentang kepercayaan BaniIsrail, Kekristenan, dan tentu saja Islam dalam visi konvensional.Untuk ukuran domain agama, telaah itu nalar dan relevan. Bukankahbumi ini menciut? Setiap subjek yang dulu jauh sekarang ada didepan mata. Dengan demikian terbuka kesempatan membandingbandingkannya.Penulis katakan nalar oleh karena bukankah prinsippenting mazhab akademisi empirik adalah membanding bandingkanitu? Hal ini memukau pendatang baru yang senang mencari danmerupakan pendorong gerakan pembebasan dari kungkunganpenjajahan. Ini yang membuat Tjokroaminoto, Agus Salim, Sukarnodan Aktivis Jong Islamieten Bond terkesiap dengan pandangan yangdibawa Ahmadiyah. Barangkali mereka seperti akan berteriak-teriaklaksana Archimedes berteriak setengah telanjang, ’eureka, eureka”,aku dapat, aku dapat. Atau setidaknya seperti Obama dan jargonkampanyenya, ”Change for the future, why not, we can”.Penulis juga ingat akan sebuah diskusi terbatas, di kantornyaYudi Latif. Sambil menunggu rekan-rekan Aliansi lain datang, Yudimenganalisis seraya agak bercanda, ”Ketertarikan Bung Karno danaktivis Jong Islamieten Bond pada tafsiran Ahmadiyah adalah karenaitulah tafsir dalam bahasa Barat yang pertama-tama sampai ke tanganmereka”. Penulis melihat tidak arif untuk menjawab dengan serius,karena situasi tidak bersuasana debat.Jika ingin menyanggah candaan Yudi Latif tersebut, penulissebenarnya hendak menyampaikan pemikiran berikut. DalamPeradaban Barat modern, agama tetap akar serabutnya, tetapi tidaklagi memiliki “big say” dalam perkembangannya. Agama adalahdogma dan diberi tempat terhormat yang tidak lagi boleh seringdisentuh. Dengan demikian dibuat perumusan rekonsiliasi kompro -mistik. Hal ini dapat kita lihat dalam penerimaan umat tidak sajaterhadap pujangga-pujangga kontroversial, seperti Marx, Nietzsche,dan Freud, tetapi juga terhadap inventor-inventor sopan, sepertiDarwin, Russel dan bahkan terhadap Romo Teilhard de Chardin.Akan tetapi, dari sudut lain, di sinilah terkandung hikmahnya.Karena menjurus, tidak lagi mau diganggu oleh ”kerecokan” agama,perkembangan ilmu pengetahuan melejit dalam kecepatan yangbelum pernah terjadi.Berbeda dalam perspektif Peradaban Timur, terutama Islam,tidaklah demikian. Dalam tajdid Hazrat Ahmad hal ini lebih tegas656 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!