12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>hal-hal yang berkaitan dengan ”bungkus” (context) dan liberatifuntuk hal-hal yang menyangkut ”isi” (content).Dengan demikian menurut pandangan penulis dari kacamataBuddhis, paham universalisme secara spiritual memang adalahpaham yang paling tinggi tingkatannya. Paham ini hanya bisadipahami dengan benar dan utuh apabila kita telah mencapaipencerahan tertinggi. Pencerahan-pencerahan kecil atau antara(intermediary enlightenments) tentu akan sangat membantu kitadalam memahami pengertian dari paham ini dengan lebih baik walaupengertian yang sungguh-sungguh benar dan lengkap hanya bisadicapai apabila total liberation telah dicapai melalui meditasi yangbenar dan mendalam. Sepanjang total liberation atau perfectenlightenment belum tercapai sehingga kita belum bisa melihat theultimate reality, maka manusia sesungguhnya masih hidup dalamalam persepsi.Persepsi dalam bahasa mandarin ditulis 想 . Karakter mandarinini terdiri dari dua bagian, di bagian atas adalah berarti mark, sign(tanda) atau appearance (yang muncul); dan di bagian bawah adalahberarti: mind (batin). Artinya pikiran itu sebetulnya adalah image(citra) yang muncul dalam batin manusia. Oleh sebab itu Buddhadalam masa hidupnya pernah mengatakan kepada muridnya, Subhuti:where there is perception, there is delusion. 48 Jadi sesungguhnya semuafenomena yang kita lihat melalui pikiran kita itu hanyalah merupakanpersepsi (citra yang muncul dalam batin), sehingga fenomena atauobyek pikiran yang muncul itu sesungguhnya hanyalah yang ada dipermukaan saja (apparent reality; pali: sammuti sacca atau dalamAbhidhamma disebut: pannati). Dengan kata lain kita tidak melihatobjek pikiran itu apa adanya (see things in themselves). Jadi yangmuncul dalam pikiran manusia itu hanyalah pantulan dari persepsiatau ”kacamata”nya sendiri. Oleh sebab itulah kita tidak bolehgegabah mengambil kesimpulan bahwa pengertian atau pandanganyang kita miliki itu adalah the ultimate reality itu sendiri (Pali:Paramattha sacca atau Paramattha dalam Abhidhamma).Untuk mencapai pembebasan akhir, maka orang harus menjalanikehidupan spiritualnya secara bertahap. Pencapaian suatu tahapsampai pada tingkat tertentu tidak selalu menjamin akan diikutidengan pencapaian tahap yang lebih tinggi lagi secara langsung. Diabahkan bisa mengalami kemerosotan (turun ”kelas’). Hal ini dapatBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 633

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!