12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>bersifat ilahiyah. Agama memiliki nilai mutlak. Namun, ketika agamaitu dipahami oleh manusia, maka kebenaran agama itu tidak bisasepenuhnya ditangkap dan dijangkau oleh manusia, karena manusiasendiri bersifat nisbi. Oleh karena itu, kebenaran apapun yangdikemukakan oleh manusia–termasuk kebenaran agama yangdikatakan oleh manusia--bersifat nisbi, tidak absolut. Yang absolutadalah kebenaran agama itu sendiri, sementara kebenaran agamayang dikatakan oleh manusia itu nisbi. Kebenaran absolut itu hanyabisa diketahui oleh ilmu Tuhan. Dengan bahasa lain, Greg Bartonmenyebut bahwa Djohan Effendi menolak absolutisme agama danmengakui pluralisme agama.” 40Sebagai catatan tambahan dari pembahasan tentang pluralismeini, kita perlu memastikan bahwa istilah pluralisme itu tidakdirancukan dengan relativisme sehingga tidak muncul polemik yangtidak perlu. Kedua terminologi itu adalah jelas sekali perbedaannya.Relativisme bahkan mengingkari pluralitas sehingga relativisme itusesungguhnya justru berlawanan arah dengan pluralisme. PandanganFranz Magnis Suseno berikut akan menjelaskan semuanya itu.“Kadang-kadang pluralisme dibajak sebagai nama untuk pandanganyang mengatakan bahwa semua agama adalah sama saja. Atas namapluralisme agama-agama diminta untuk jangan menganggap dirinyasendiri paling benar. Agama-agama diartikan sebagai ungkapanberbeda dari dimensi transenden manusia yang sama sahnya. Bahwapandangan ini ditolak adalah wajar. Tetapi pandangan ini jangandisebut pluralisme. Pandangan ini bukan pluralisme, melainkanrelativisme. Apabila relativisme mengatakan bahwa semua agamasama saja, semua hanya ungkapan berbeda dari kodrat religiusmanusia yang sama, di mana lantas pluralitas? Pluralisme yang benarjustru mengakui perbedaan di antara agama-agama dan bersediamenerimanya. Jadi relativisme justru tidak pluralistik dan juga tidaktoleran karena menuntut agar agama-agama melepaskan dulukeyakinan bahwa mereka benar. Maka kalau pandangan ini yangmau ditolak, sebaiknya jangan disebut pluralisme melainkanrelativisme.” 41Dengan pelurusan pengertian antara pluralisme dan relativismeseperti tersebut di atas, diharapkan pandangan pluralisme dapatditerima secara benar sehingga tidak menjadi sesuatu yang ditakutidan kemudian ditentang. Kita perlu benar-benar menghayati bahwaBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 627

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!