12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>perbedaan dan pertikaian, tetapi akan menjadi berkat jika pluralitasitu dilihat sebagai titik tolak bagi kerja sama dalam menghadapiberbagai permasalahan bangsa.Orang-orang seperti Djohan Effendi dan kawan-kawan percayabahwa dialog antar-iman dibutuhkan sebagai bagian dari upayauntuk menjadikan pluralitas religius sebagai modal dalam upayamembangun sebuah masyarakat demokratis yang produktif, di manaperbedaan-perbedaan yang ada dikelola secara kreatif, sehinggamendorong lahirnya suatu bentuk kehidupan bersama yang semakindewasa.Pada periode ini muncul pula gagasan-gagasan segar sebagai -mana pernah dilontarkan oleh tokoh-tokoh keagamaan yangdisegani tetapi sekaligus inklusif waktu itu, seperti Mansour Fakihdan Y.B. Mangunwijaya. Mansour Fakih antara lain dikenal karenaanjurannya mengenai pentingnya suatu teologi yang transformatif.Menurut Mansour, teologi transformatif ini—yang merupakanalternatif terhadap pendekatan yang bersifat tradisional, modernis,atau fundamentalis—menawarkan sebuah teologi yang berpihakkepada kaum tertindas dalam perjuangan melawan kuasapenindasan. Geraknya bukan horisontal (misalnya memusuhi agamaagamalain), melainkan lebih ke arah vertikal, yakni secara kritismelawan struktur-struktur ketidakadilan dalam masyarakat, bahkankalau ketidakadilan itu dilakukan oleh orang-orang seagama.Dalam semangat yang sama, Romo Mangun (sapaan akrab Y.B.Mangunwijaya) mengusulkan ditempuhnya suatu pemahaman agamayang dinamis. Menurutnya, diperlukan keberanian untuk terbukadan rendah hati, mengakui bahwa sebagai suatu institusi manusiawi,agama itu bisa saja melakukan kekeliruan-kekeliruan tertentusebagaimana yang banyak dilakukan oleh Gereja Katolik di masalalu. Masalahnya adalah bukan bagaimana berpretensi bahwakesalahan-kesalahan itu tak pernah terjadi, melainkan bagaimana kitasecara jujur mau dan mampu mengakui dan belajar dari kesalahankesalahanitu, serta bagaimana mau dan mampu belajar untukmemperbaiki diri dan belajar dari orang atau agama-agama lain.Dengan tegas Romo Mangun menyatakan bahwa yang penting itubukan “to have a religion” alias memiliki agama tertentu, melainkan“being religious” yakni memiliki religiusitas mendalam. Ia jugamenekankan seruan Gereja Katolik terhadap umatnya untuk552 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!