12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>agama menjadi lima agama resmi, dan melalui struktur ke pe -mimpinan yang ada dalam agama-agama itu pemerintah melakukanpengawasan yang ketat terhadap masyarakat. Tak kalah pentingadalah upaya pemerintah Orde Baru untuk mendirikan ataumendukung kelompok-kelompok tertentu dalam suatu agama,dengan maksud untuk menjadikannya sebagai alat kontrol.Ketegangan atau konflik-konflik yang ada kadang sengaja dipelihara,dengan maksud sebagai bagian dari upaya dominasi atas masyarakat.Kita ingat, pada masa Orde Baru ini frekuensi ketegangan sosial yangberujung pada perusakan tempat-tempat ibadat mengalami kenaikanyang luar biasa, biasanya tanpa disertai solusi yang tuntas. Dengankata lain, mirip seperti para penjajah, Orde Baru telah menjadikanagama (termasuk konflik-konflik antar-agama) sebagai salah satusarana untuk melayani kepentingannya sendiri. Yang dirugikan tentusaja adalah para penganut agama dan rakyat pada umumnya.TERBUKA TERHADAP PERBEDAANUntunglah dalam suasana Orde Baru yang demikian itu muncul“lilin-lilin kecil” pemberi terang yang merupakan bagian dariinisiatif-inisiatif masyarakat dengan dibentuknya forum-forum bagidialog antarpenganut agama dengan tekanan pada aspek terdalamdari penghayatan kehidupan beragama. Misalnya saja institutDIAN/Interfidei yang diprakarsai oleh orang-orang seperti Th.Sumartana, Djohan Effendi, Daniel Dhakidae itu. Institut yang lahirpada tanggal 10 Agustus 1992 di Yogyakarta ini oleh parapenggagasnya antara lain dimaksudkan sebagai bagian dari inisiatifmasyarakat untuk mensosialisasikan ide-ide tentang perlunya dialogantar-iman di negeri ini, sebuah negeri yang amat plural secarareligius. Secara lebih khusus institut ini dibentuk sebagai bagian dariupaya mencari jalan keluar bagi berbagai konflik sosial yang melandaIndonesia di era 1990-an. Dengan sengaja institut ini lebihmenekankan pentingnya dialog antar-iman daripada dialog antaragama,karena yang mau disentuh bukan terutama aspek intitusionalagama melainkan segi terdalam dari kehidupan beragama, yakni segikeberimanan atau religiusitas. Di mata para perintis Interfidei realitasmasyarakat Indonesia yang plural secara religius bisa menjadi sumberkutuk atau berkat, tergantung dari bagaimana orang menyikapinya.Pluralitas bisa menjadi kutuk ketika ia dipandang sebagai sumberBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 551

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!