12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Penyeragaman dan Totalisasi Dunia Kehidupan, sebagai Ancaman terhadapHAM, 2007.17Th. Sumartana, Dialog, Kritik dan Identitas Agama, 2003, hal. xviii18Sejak tahun 1999, soal “warna” dari teman jejaring Interfidei, meluas. Tidaksaja pada mahasiswa dan aktivis LSM, tetapi juga pemerintah, komunitas agama,tokoh masyarakat, guru-guru (khususnya agama), dan lain sebagainya.Perubahan ini dilakukan setelah beberapa kali melakukan evaluasi pada setiapakhir kegiatan yang dilakukan Interfidei, ditambah dengan evaluasi lembaga 3tahunan, baik internal maupun eksternal.19Pada periode ini juga, peran media masih kuat. Hal ini disebabkan oleh isu yangdiangkat belum banyak dilakukan oleh kelompok lain. Lagi pula pada masamasaitu, belum banyak LSM yang menjalankan fungsi-fungsi seperti yangdilakukan Interfidei.20Termasuk Konghucu yang ketika itu belum diakui oleh negara, juga Baha’i sertaSapta Dharma – salah satu dari ratusan aliran kepercayaan atau keyakinan lainyang ada di Indonesia.21Mengenai Konghucu dan Interfidei ini, awalnya, pak Djohan Effendi yangmemperkenalkan seorang kawan dari Konghucu Indonesia, pak ChandraSetiawan, pada sekitar tahun 1993. Pak Djohan dan pak Chandra datang dikantor Interfidei. Dalam pertemuan tersebut, pak Chandra bercerita soal KTP.Sampai saat itu, KTP pak Chandra – dalam kolom agama – tidak tercantumagama apa, karena dipaksakan untuk memilih salah satu dari kelima agama,padahal tidak demikian. Ini model pemaksaan dan pembohongan publik yangdilakukan oleh pemerintah saat itu dari sekian banyak kasus yang terjadi.22Seminar itu berlangsung pada bulan Mei 1994. Setelah selesai acara, saya danmas Eko sempat diinterogasi di kantor polisi. Saya, bahkan diinterogasi selama2x8 jam, yang diakhiri dengan perdebatan soal penandatangan BAP. Ketika hasilinterogasi disodorkan, saya melakukan pengecekan secara detail masing-masinglembar dan menemukan banyak kesalahan ketik yang dapat memberi efek padapemahaman berbeda dari yang saya maksudkan. Saya membuat koreksi danmembubuhi paraf pada setiap koreksi. Pada akhirnya saya tidak menandatanganiBAP tersebut karena kepada saya tidak bakal diberikan satu copy, yang menurutsaya itu merupakan hak saya sebagai orang yang diinterogasi. Akhirnya bahandari Seminar tersebut diterbitkan Interfidei dan semuanya berjalan normal.23Dalam beberapa tahun terakhir ini, ada kecenderungan pluralisme agamaditerima dan disikapi sebagai potensi yang harus dihilangkan. Contoh konkretadalah, Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: 7/MUNASVII/MUI/II/2005 tentang Pluralisme, Liberalisme, dan Sekularisme Agama.24Th. Sumartana, tulisan lepas yang dimuat dalam NL Interfidei edisi 2003.25Bagi Th. Sumartana sangat jelas bahwa dialog antariman hanya memilikisumbangan berarti, dan karenanya absah di masa depan, jika upaya-upayadialogis itu mampu menjadi obor bagi new social movement, gerak sosialkemasyarakatan demi berkembangnya tatanan masyarakat yang baru. (TrisnoSutanto, ibid). Hampir semua yang tertulis dalam bagian penutup diambil daribahan leaflet Interfidei, yang sebagiannya adalah bahan sambutan Pdt. EkaDarmaputera – sebagai Ketua Yayasan, yang disampaikan dalam peresmianInterfidei, 10 Agustus 1992 di Yogyakarta.26Elga Sarapung, Mas Tono yang Saya Kenal, dalam Newsletter Interfidei, edisiApril 2003.544 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!