Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
12.07.2015 Views

Democracy Projectseperti Interfidei, dengan munculnya Fatwa yang Majelis UlamaIndonesia (MUI) tentang Pluralisme.”Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkanbahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaransetiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agamatidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benarsedang agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkanbahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup ber -dampingan di surga” . 23Pada saat setelah fatwa tersebut dipublikasikan, sempat terjadidiskusi di Interfidei dan di beberapa daerah, di mana kegiatanbersama dengan jejaring setempat berlangsung (Lombok, Kupang,Padang) mengenai fatwa ini. Ada yang mengusulkan supaya Interfideijangan lagi memakai istilah pluralisme. Alasannya bermacam-macam.Antara lain, untuk meminimalisir kemungkinan munculnya konflik;kata pluralisme dari bahasa asing, yang sudah dicurigai oleh orangatau kelompok tertentu; kata pluralisme dianggap berbahaya karenamenyatukan agama, dan lain sebagainya. Lalu, ada yang mengusul -kan supaya diganti saja dengan kata multikulturalisme, atau ke -bhinekaan, atau kemajemukan. Tentu seluruh pikiran sertaargumen tasi ini benar. Tetapi, persoalannya adalah, apakah titikpokok masalahnya di situ? Bukankah, bila memakai istilah multi -kulturalisme, selain maknanya berbeda dengan pluralisme, juga daribahasa asing? Dan bila pikiran serta perspektif yang mewarnai fatwatersebut keliru, mengapa kita tidak memanfaatkan kesempatan iniuntuk menjelaskannya dengan tanpa mengubah apa pun jugaterhadap apa yang sudah dan sedang kita sosialisasikan dan kerjakanselama ini? Apakah pluralisme yang kita pahami memang keliru,salah? Bukankah yang kita maksudkan tentang pluralisme adalahtidak seperti apa yang dikatakan dalam fatwa tersebut-yang penuhdengan kecurigaan, ketakutan, dan penilaian subjektif yang samasekali dangkal, tetapi dalam rangka menghargai dan menghormatimasing-masing agama, keyakinan, satu dengan yang lain?Gejolak kekerasan serta konflik yang terjadi di Indonesia dalambeberapa tahun terakhir ini merupakan gejala dari ketidakmampuanmasyarakat untuk mengelola pluralisme. Karena pluralisme dipahami536 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Democracy Projectsebatas sebagai paham, bukan makna dan relevansi di balik pahamtersebut ke arah dan perspektif yang benar. Sikap kita terhadappluralisme telah melahirkan hasil yang kontra produktif. Kita hidupdalam masyarakat yang pluralistis tetapi tetap memakai ukuranseolah-olah hidup dalam masyarakat yang homogen, statis.Mengenai kerusuhan dan konflik yang bernuansa agama tersebutsudah barang tentu agama bukan satu-satunya faktor tunggal,akan tetapi merupakan salah satu sebab di tengah sejumlah sebablain yang sangat kompleks dan saling tali-temali dengan faktorfaktorlain. Oleh sebab itu, dialog antaragama juga tidak bisadiisolasi sebagai faktor yang berdiri sendiri, melainkan harusdikaitkan dengan kenyataan sosial-politik, ekonomi, perkem -bang an teknologi, budaya, pendidikan dan lain-lain. Oleh sebabitu referensi kehidupan agama-agama juga harus dikembangkandan dilengkapi dengan berbagai disiplin keilmuan yang bisamemperkaya persepsi terhadap masalah-masalah sosial ke -manusiaan di masyarakat. Agama-agama bisa menjadi faktorpenunjang daya tahan masyarakat terhadap provokasi konflikdari sektor kehidupan yang lain. 24Dari pengalaman Interfidei selama 17 tahun, bisa dikatakanbahwa pluralisme bukan hanya sesuatu yang objektif, akan tetapi jugaproblem yang bisa menjadi amat rawan untuk segenap wargamasyarakat, oleh sebab itu perlu dicermati bersama atau amatmendesak untuk dipecahkan bersama.Itulah yang kita pahami tentang pluralisme, pemahaman yangdinamis, yang memberi makna konstruktif dari dan untuk dinamikapluralitas masyarakat dengan seluruh aspek kehidupan sosialkemasyarakatandi Indonesia.d. Periode lima tahun keempat. Dalam periode ini, selain penguatanjaringan dan usaha melakukan capacity building jaringan, juga adabeberapa terobosan metode serta materi kegiatan yang dilakukanInterfidei. Dalam periode ini, mulai memberi perhatian juga padasoal-soal berkaitan dengan Lingkungan Hidup dan HIV/AIDS sertaAnak-anak. Karena itu ada kegiatan-kegiatan yang berkaitan denganisu dan persoalan dari tema-tema tersebut, termasuk kegiatanperkemahan anak-anak antariman.Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 537

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>seperti Interfidei, dengan munculnya Fatwa yang Majelis UlamaIndonesia (MUI) tentang Pluralisme.”Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkanbahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaransetiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agamatidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benarsedang agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkanbahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup ber -dampingan di surga” . 23Pada saat setelah fatwa tersebut dipublikasikan, sempat terjadidiskusi di Interfidei dan di beberapa daerah, di mana kegiatanbersama dengan jejaring setempat berlangsung (Lombok, Kupang,Padang) mengenai fatwa ini. Ada yang mengusulkan supaya Interfideijangan lagi memakai istilah pluralisme. Alasannya bermacam-macam.Antara lain, untuk meminimalisir kemungkinan munculnya konflik;kata pluralisme dari bahasa asing, yang sudah dicurigai oleh orangatau kelompok tertentu; kata pluralisme dianggap berbahaya karenamenyatukan agama, dan lain sebagainya. Lalu, ada yang mengusul -kan supaya diganti saja dengan kata multikulturalisme, atau ke -bhinekaan, atau kemajemukan. Tentu seluruh pikiran sertaargumen tasi ini benar. Tetapi, persoalannya adalah, apakah titikpokok masalahnya di situ? Bukankah, bila memakai istilah multi -kulturalisme, selain maknanya berbeda dengan pluralisme, juga daribahasa asing? Dan bila pikiran serta perspektif yang mewarnai fatwatersebut keliru, mengapa kita tidak memanfaatkan kesempatan iniuntuk menjelaskannya dengan tanpa mengubah apa pun jugaterhadap apa yang sudah dan sedang kita sosialisasikan dan kerjakanselama ini? Apakah pluralisme yang kita pahami memang keliru,salah? Bukankah yang kita maksudkan tentang pluralisme adalahtidak seperti apa yang dikatakan dalam fatwa tersebut-yang penuhdengan kecurigaan, ketakutan, dan penilaian subjektif yang samasekali dangkal, tetapi dalam rangka menghargai dan menghormatimasing-masing agama, keyakinan, satu dengan yang lain?Gejolak kekerasan serta konflik yang terjadi di Indonesia dalambeberapa tahun terakhir ini merupakan gejala dari ketidakmampuanmasyarakat untuk mengelola pluralisme. Karena pluralisme dipahami536 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!