12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Sulawesi Selatan pada tahun 1999/2000. Masing-masing pesertamendapat uang transport sebanyak Rp 50.000.- Dari jumlah ini, atasinisiatif sendiri, mereka menyisihkan separuh untuk masing-masing,separuhnya dikumpulkan dan dipakai sebagai modal kegiatan tindaklanjut. Jaringan di kedua daerah ini sampai sekarang hidup danberkembang secara independen, kreatif dan konstruktif, bahkansudah meluas sampai ke kabupaten dan kecamatan dengan berbagaijenis kegiatan berbasis antariman.c. Mulai lima tahun ketiga –setelah evaluasi 10 tahun Interfidei–kegiatan dikembangkan kepada pertemuan Jaringan se-Indonesia.Pertemuan pertama di Malino, Sulawesi Selatan (2003), pertemuankedua di Candi Dasa, Bali (2004) Pertemuan ketiga di Banjarbaru,Banjarmasin (2006), pertemuan keempat di Yogyakarta (2008).Dalam pertemuan pertama Jaringan Antariman se-Indonesiayang diprakarsai oleh Interfidei pada tanggal 23-27 Februari 2002 diMalino, Sulawesi Selatan, hadir sekitar 80 orang dari kira-kira 56lembaga Interfaith dari seluruh Indonesia. Dalam pertemuan tersebutdibahas tema tentang ”visi, misi, nilai-nilai dalam masa depanlembaga-lembaga Interfidei” di Indonesia. Diskusi selama 4-5 haritersebut identik dengan pertanyaan: apa yang bisa dibuat olehagama-agama untuk memberi respon yang tepat menghadapi segalapersoalan masyarakat yang sedang dilanda oleh konflik yang penuhdengan perilaku kekerasan yang terjadi pada saat itu? Ada sugestikuat dalam pertemuan tersebut bahwa salah satu persoalan yangmenyebabkan timbulnya konflik sosial yang banyak memakankorban tersebut adalah karena lemahnya persepsi kita tentang maknapluralisme dan ketidakmampuan masyarakat (khususnya masyarakatagama) untuk memberi cara pemecahan yang memadai terhadapkonflik. Boleh dikatakan bahwa menurut persepsi dan pengalamanInterfidei selama 17 tahun terakhir ini, bahwa pluralisme bukanhanya muncul sebagai berkah akan tetapi juga sekaligus kutuk. Iamenjadi berkah ketika pluralisme diterima dan disikapi secara positif,dan menjadi kutuk ketika pluralisme ditolak dan disikapi secaranegatif.Bisa dibayangkan apa yang terjadi dalam beberapa tahunterakhir ini, yang mengancam visi dan misi serta kegiatan-kegiatanyang dilakukan oleh kelompok-kelompok atau lembaga antarimanBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 535

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!