Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
12.07.2015 Views

Democracy Project”apa makna Natal bagi kaum muslim menurut ll-Qur’an”. Maksud -nya, bagaimana kita mampu melakukan dialog antariman, mulai darisharing perspektif, pemahaman, sampai kepada soal kemampuanserta keterbukaan untuk mendengar, apa kata orang lain tentangtradisi yang selama ini dianggap atau dikenal sebagai tradisi salahsatu agama saja, dalam hal ini agama Kristen, padahal tersurat jugadalam tradisi agama yang lain, dalam hal ini Islam. Apa yang dapatkita pelajari dari tradisi seperti itu: inti cerita sama, hanya penafsiranberbeda karena konteks di mana tradisi itu dikenal dan disebar -luaskan berbeda. Satunya dalam konteks kekristenan (yang juga adabanyak variasi), lainnya keislaman. Acara ini banyak menuai kritik–setelah besoknya dimuat di semua media besar nasional. 19 Kegiatanlain, misalnya memperingati 40 hari meninggalnya seseorang, danlain sebagainya. Semuanya dilakukan bersama di Interfidei olehsemua agama dan keyakinan yang ada di Yogyakarta 20 dengan acarayang diwakili oleh berbagai tradisi keagamaan dan keyakinan.Pada periode ini juga, Interfidei pernah mengadakan SeminarNasional tentang Konfusianisme di Indonesia, yang dihadiri olehhampir seluruh perwakilan Khonghucu se-Indonesia. 21 Kegiatan inimenuai kontroversi dengan pihak SOSPOL dan Kepolisian saat itu,tetapi kemudian tidak terjadi apa-apa, karena pada dasarnya tidakada alasan hukum sama sekali untuk dipersoalkan oleh mereka,apalagi, secara teoritis, wacana, baik kepolisian maupun SOSPOL,tidak memahami dengan baik dan benar tentang ”sejarah Konghucudi Indonesia”. 22b. Pada lima tahun kedua, Interfidei mulai memperluas kegiatannyasampai ke daerah-daerah lain, atas permintaan teman atau lembagayang mengenal Interfidei, secara pribadi dan lembaga atau atasinisiatif Interfidei dengan mempertimbangkan daerah rawan konflikdan dinamika pluralisme agama menantang. Bentuk kegiatan pundiperluas dengan survei/penelitian. Survei dilakukan sejak peristiwaSitubondo, Oktober 1996 dan persoalan hubungan antara etnik danagama di Jayapura, Papua dan di Pontianak, serta Singkawang,Kalimantan Barat.Juga mulai dikembangkan kegiatan Pendidikan Agama-agamayang berlangsung di Yogyakarta. Kegiatan ini lebih menekankan padaaspek sejarah, teologi dan etika/praksis masing-masing agama dan532 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Democracy Projectkeyakinan. Saat itu, Interfidei sudah membuka kelas-kelas belajarbersama agama-agama, yang melibatkan semua agama yang ada diIndonesia, termasuk Yahudi, Baha’i, Sikh, Konghucu serta KebatinanJawa. Kegiatan ini mendapat banyak respon yang positif dariberbagai kalangan, karena program yang dilakukan terbuka untuksemua orang, tidak terbatas pada mereka yang belajar teologi atausekolah pada jurusan keagamaan.Salah satu latar belakang mengapa program seperti ini dianggappenting dilakukan adalah, untuk mengurangi berbagai kesalah -pahaman serta prasangka di masyarakat tentang agama-agama.Karena melalui program belajar bersama agama-agama ini, orangsemakin memahami agamanya sendiri, juga agama orang lain secarabaik. Sejak periode ini, juga di Yogyakarta telah tumbuh beberapakelompok antariman lainnya yang mengkonsentrasikan diri kepadaisu lain dengan metode dan strategi yang berbeda. Misalnya, ForumPersaudaraan Umat Beriman (FPUB yang lahir pada tahun 1997),adalah hasil perenungan dan refleksi dari beberapa orang daribeberapa lembaga, seperti Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS)dan Interfidei, tentang kerja-kerja kelompok antariman, terutamasejak peristiwa Situbondo. Disadari bahwa, perlu dibangun sebuahforum, di mana yang berperan adalah para pemimpin agama yangmemiliki basis komunitas, bukan struktural, sehingga kegiatankegiatannyaakan melibatkan lebih banyak umat dari komunitasmasing-masing dan pimpinan umat.Pada paruh terakhir periode ini, Interfidei mulai mengembang -kan kegiatan Lokakarya di beberapa daerah dengan tema”pluralisme, konflik dan perdamaian”. Kegiatan ini difokuskan ter -utama pada kampanye perdamaian untuk memberdayakan danmenghidupi kemampuan wilayah setempat sebagai kekuatan per -damaian. Hal penting lainnya adalah, memberdayakan potensi lokalsehingga tidak bergantung kepada ”kekuatan” di luar, termasukkekuatan-kekuatan para elite pemerintah atau agama, pada saat akanmengambil sikap atau berproses bersama dalam menghadapi masalahsetempat. Kegiatan seminar dan lokakarya serta pendidikan alternatifwarga ini juga bermaksud untuk membangun dan menghidupkanmentalitas yang independen, dari kebersamaan untuk kebersamaan.Ada beberapa proses yang dilalui Interfidei selama ini. Awalnya,seluruh persiapan untuk kegiatan ini dilakukan di Yogyakarta olehBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 533

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>”apa makna Natal bagi kaum muslim menurut ll-Qur’an”. Maksud -nya, bagaimana kita mampu melakukan dialog antariman, mulai darisharing perspektif, pemahaman, sampai kepada soal kemampuanserta keterbukaan untuk mendengar, apa kata orang lain tentangtradisi yang selama ini dianggap atau dikenal sebagai tradisi salahsatu agama saja, dalam hal ini agama Kristen, padahal tersurat jugadalam tradisi agama yang lain, dalam hal ini Islam. Apa yang dapatkita pelajari dari tradisi seperti itu: inti cerita sama, hanya penafsiranberbeda karena konteks di mana tradisi itu dikenal dan disebar -luaskan berbeda. Satunya dalam konteks kekristenan (yang juga adabanyak variasi), lainnya keislaman. Acara ini banyak menuai kritik–setelah besoknya dimuat di semua media besar nasional. 19 Kegiatanlain, misalnya memperingati 40 hari meninggalnya seseorang, danlain sebagainya. Semuanya dilakukan bersama di Interfidei olehsemua agama dan keyakinan yang ada di Yogyakarta 20 dengan acarayang diwakili oleh berbagai tradisi keagamaan dan keyakinan.Pada periode ini juga, Interfidei pernah mengadakan SeminarNasional tentang Konfusianisme di Indonesia, yang dihadiri olehhampir seluruh perwakilan Khonghucu se-Indonesia. 21 Kegiatan inimenuai kontroversi dengan pihak SOSPOL dan Kepolisian saat itu,tetapi kemudian tidak terjadi apa-apa, karena pada dasarnya tidakada alasan hukum sama sekali untuk dipersoalkan oleh mereka,apalagi, secara teoritis, wacana, baik kepolisian maupun SOSPOL,tidak memahami dengan baik dan benar tentang ”sejarah Konghucudi Indonesia”. 22b. Pada lima tahun kedua, Interfidei mulai memperluas kegiatannyasampai ke daerah-daerah lain, atas permintaan teman atau lembagayang mengenal Interfidei, secara pribadi dan lembaga atau atasinisiatif Interfidei dengan mempertimbangkan daerah rawan konflikdan dinamika pluralisme agama menantang. Bentuk kegiatan pundiperluas dengan survei/penelitian. Survei dilakukan sejak peristiwaSitubondo, Oktober 1996 dan persoalan hubungan antara etnik danagama di Jayapura, Papua dan di Pontianak, serta Singkawang,Kalimantan Barat.Juga mulai dikembangkan kegiatan Pendidikan Agama-agamayang berlangsung di Yogyakarta. Kegiatan ini lebih menekankan padaaspek sejarah, teologi dan etika/praksis masing-masing agama dan532 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!