Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
12.07.2015 Views

Democracy Projectyang masih menjadikan kristenisasi sebagai salah satu agendakeimanannya, dan kelompok keagamaan Islam yang mengagendakanpemberlakuan secara umum syariat Islam.Dari pengalaman-pengalaman di atas ada dua hal yang pentingdicatat: Pertama, ternyata bahwa banyak dari kita hidup dalampersepsi yang tidak sepenuhnya utuh terhadap apa yang diimani dandiyakini oleh saudara-saudara kita yang berbeda iman dan keyakinandengan kita. Ketidakutuhan informasi itu membentuk gambaranyang menggeneralisir semua iman dan keyakinan, seakan-akan semuaorang Kristen atau semua denominasi iman Kristen mengagendakankristenisasi, dan semua orang muslim dan kelompok keimanan Islammengagendakan pemberlakuan secara umum syariat Islam.Kedua, ternyata bahwa tidak semua peserta dialog siap untuk ber -dialog, terutama menyangkut pemahaman secara utuh tentang iman -nya sendiri. Sebab ternyata ketika ada pertanyaan-pertanyaan yangmenyangkut pokok-pokok imannya sendiri, banyak juga peserta yangtidak mampu memberikan jawaban yang, kurang lebih, bisa diper -tanggungjawabkan. Sebagai contoh pertanyaan peserta non-Kristententang Trinitas, atau pertanyaan peserta non-Muslim tentang ke -duduk an perempuan dalam Islam. Jawaban-jawaban yang tidak utuhitu pada gilirannya juga akan melahirkan persepsi yang tidak utuh juga.Kedua hal di atas hendak menyatakan, bahwa hubungan antar -iman dan keyakinan di kalangan banyak kita selama ini di bangun diatas persepsi yang tidak sepenuhnya bisa dipertanggung jawabkan itu.Persepsi itu dibentuk oleh berbagai sumber informasi, seperti media,khotbah-khotbah, pengajaran agama, atau informasi yang tidak utuhdari para pemeluk agama itu sendiri. Hal-hal itu pulalah yangmelahirkan prasangka, curiga, bahkan rasa tidak aman. Hidup dalamsuasana seperti itu sesungguhnya hidup yang tidak sehat, danmasyarakat yang hidup dalam suasana curiga, prasangka, dan tidakaman sesungguhnya adalah masyarakat yang sakit. Dari situlah lahirberbagai penyakit, seperti diskriminasi, pelanggaran HAM, danberbagai bentuk ketidakadilan lainnya, bahkan kekerasan terhadaporang yang berbeda agama atau keyakinan.DIALOG SEBAGAI METODE HIDUP BERSAMAProses berinteraksi, belajar bersama, dan tinggal bersama pesertaantariman selama enam hari kegiatan, ternyata membuahkan banyak498 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Democracy Projecthal yang positif. Dari prasangka, curiga, dan ketakutan berubahmenjadi pertemanan dan persahabatan yang hangat dan akrab.Untuk mampu mengatakan dengan jujur persepsi kita tentangkeimanan dan keyakinan orang lain, dan diungkapkan di hadapanorang yang bersangkutan memerlukan sebuah keberanian dankejujuran, tak soal apakah persepsi itu benar atau salah. Begitu pulasebalikya, orang lain harus berani mendengar apa kata orang tentangdiri sendiri dan jujur mengakui kebenaran yang tersirat dalampenyampaian persepsi itu. Emosi dan kemarahan harus dikendalikan.Itulah kedua aspek dari sebuah dialog yang jujur dan terbuka. Dialogbukan hanya belajar mengelola emosi supaya semakin cerdas tetapijuga belajar untuk mendengar dan menyimak tentang kerisauan,kemarahan, bahkan ketakutan orang lain karena keimanan dankeyakinan kita, belajar untuk mengetahui mengapa orang lain curiga,berprasangka, dan takut terhadap kita, dan kemudian belajar untukmemperbarui pemahaman keimanan dan keyakinan sendiri, sehinggakehadiran diri bukan menjadi ancaman dan ketakutan terhadaporang lain. Dialog adalah belajar memahami orang lain, belajarhidup bersama dengan orang lain, dan membangun kebersamaandengan orang lain, bahkan belajar dari kekayaan kerohanian oranglain. Sebagai sebuah proses belajar, maka dialog tidak akan pernahselesai. Sebab itu dialog adalah sebuah gaya hidup yang niscayadalam masyarakat Indonesia yang tingkat pluralitasnya sangat tinggi.Sebab itu dialog bukanlah mencari-cari kesamaan atau persamaan,tetapi dialog adalah membangun kebersamaan dari perbedaan.Apa sebenarnya yang memungkinkan dan yang mendorongterbangunnya pertemanan dan persahabatan yang akrab di antarapeserta itu? Selama proses berinteraksi dan tinggal bersama itu, parapeserta diminta untuk menginventarisasi teks-teks yang berbicaratentang perdamaian, keadilan, dan kemanusiaan dari Kitab Sucimasing-masing, lalu menyampaikan, dan mengulasnya di hadapanpara peserta lain. Kemudian para peserta menginventarisasi isu-isuatau hal-hal apa saja yang terdapat di dalam masyarakat, di manamereka tinggal, yang bertentangan dengan pesan-pesan teks-teks diatas. Yang mereka temukan adalah: penrusakan dan kerusakanlingkungan hidup (pencemaran sungai, hutan yang gundul),perlakuan yang tidak adil terhadap kelompok masyarakat tertentusecara sturktural, pelanggaran HAM, KKN, dan banyak masalah lainBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 499

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>yang masih menjadikan kristenisasi sebagai salah satu agendakeimanannya, dan kelompok keagamaan Islam yang mengagendakanpemberlakuan secara umum syariat Islam.Dari pengalaman-pengalaman di atas ada dua hal yang pentingdicatat: Pertama, ternyata bahwa banyak dari kita hidup dalampersepsi yang tidak sepenuhnya utuh terhadap apa yang diimani dandiyakini oleh saudara-saudara kita yang berbeda iman dan keyakinandengan kita. Ketidakutuhan informasi itu membentuk gambaranyang menggeneralisir semua iman dan keyakinan, seakan-akan semuaorang Kristen atau semua denominasi iman Kristen mengagendakankristenisasi, dan semua orang muslim dan kelompok keimanan Islammengagendakan pemberlakuan secara umum syariat Islam.Kedua, ternyata bahwa tidak semua peserta dialog siap untuk ber -dialog, terutama menyangkut pemahaman secara utuh tentang iman -nya sendiri. Sebab ternyata ketika ada pertanyaan-pertanyaan yangmenyangkut pokok-pokok imannya sendiri, banyak juga peserta yangtidak mampu memberikan jawaban yang, kurang lebih, bisa diper -tanggungjawabkan. Sebagai contoh pertanyaan peserta non-Kristententang Trinitas, atau pertanyaan peserta non-Muslim tentang ke -duduk an perempuan dalam Islam. Jawaban-jawaban yang tidak utuhitu pada gilirannya juga akan melahirkan persepsi yang tidak utuh juga.Kedua hal di atas hendak menyatakan, bahwa hubungan antar -iman dan keyakinan di kalangan banyak kita selama ini di bangun diatas persepsi yang tidak sepenuhnya bisa dipertanggung jawabkan itu.Persepsi itu dibentuk oleh berbagai sumber informasi, seperti media,khotbah-khotbah, pengajaran agama, atau informasi yang tidak utuhdari para pemeluk agama itu sendiri. Hal-hal itu pulalah yangmelahirkan prasangka, curiga, bahkan rasa tidak aman. Hidup dalamsuasana seperti itu sesungguhnya hidup yang tidak sehat, danmasyarakat yang hidup dalam suasana curiga, prasangka, dan tidakaman sesungguhnya adalah masyarakat yang sakit. Dari situlah lahirberbagai penyakit, seperti diskriminasi, pelanggaran HAM, danberbagai bentuk ketidakadilan lainnya, bahkan kekerasan terhadaporang yang berbeda agama atau keyakinan.DIALOG SEBAGAI METODE HIDUP BERSAMAProses berinteraksi, belajar bersama, dan tinggal bersama pesertaantariman selama enam hari kegiatan, ternyata membuahkan banyak498 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!