12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>adalah agama negara. ... Negara diwajibkan untuk mempertahankandan membela Gereja dan para pendetanya” (dikutip dalam Guntherdan Blough, 1981: 368). Dalam situasi ini, seperti dikatakan Linz,“Katolisisme Spanyol hidup di bawah proteksi sebuah pemerintahanyang telah memberikan hirarki gereja sebagian jatah kekuasaan didalam negara, telah menjamin pengakuan publik atas Gereja Katolik,telah membatasi persaingan yang bisa dilakukan terhadapnya olehgereja-gereja lain, dan telah menjamin perkembangan berbagaikegiatannya secara bebas” (1991: 159-160)Posisi formal gereja di dalam negara ini terus bertahan, sekalipunbeberapa dekade kemudian berlangsung permusuhan tertentuterhadap gereja, yang menyebabkan aksi perusakan atas hak-hakmilik gereja dan dibunuhnya sejumlah pendeta atau pemimpin agamalainnya. Periode terburuk sentimen anti-klerikalisme ini berlangsungketika Spanyol diperintah oleh sebuah pemerintahan Republik padaawal 1930-an. Konstitusi 1931 (akan dibahas lebih jauh nanti),misalnya, menegaskan pemisahan antara negara dan agama, mem -batasi kekayaan gereja, memaksa gereja untuk melepaskan kontrol -nya atas dunia pendidikan, dan Perdana Menteri Manuel Azana,yang berkuasa kala itu, mengumumkan bahwa “Spanyol bukan lagisebuah negara Katolik” (dikutip dalam Balfour, 2000: 245).Karena sentimen anti-klerikalisme yang kuat, sebuah revolusisosial yang menyertai Perang Saudara (1936-1939) ditandai oleh,seperti dilaporkan Payne, “pembunuhan atas hampir 7.000 pendetadan anggota gereja pada bulan-bulan pertama perang di wilayahwilayahyang dikuasai kaum Republik: 4.185 anggota pendetakeuskupan (hampir satu dari tiap tujuh pendeta) dan 2648 dariberbagai orde.” Payne juga melaporkan, “Di beberapa wilayah,sebagian besar pendeta keuskupan dibunuh, seperti di Barbastro (88persen), atau mendekati jumlah itu, seperti di provinsi-provinsiCiudad Real (40 persen) dan Toledo (48 persen)” (Payne, 1984:214). Secara keseluruhan, tulis Linz, aksi-aksi anti-klerik itumengakibatkan “kematian sekitar 4.184 pendeta dan pambesargereja, sekitar 13 persen dari jajaran keuskupan, 2.365 anggota ordoordokeagamaan, sekitar tiga persen dari jumlah total mereka, 283suster–semuanya mencapai 6.332 jiwa orang beriman meninggal”(Linz, 1980: 256).Dalam nada yang sama, sejumlah pemimpin anti-klerik kala itu,474 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!