12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Di pulau Jawa, penyebaran agama Islam banyak dilakukan olehpara pedagang atau perantau asing. Seperti ditulis oleh sejarawanterkemuka M.C. Ricklefs dalam karyanya Mystic Synthesis in Java:A History of Islamization from the Fourteenth to the EarlyNineteenth Centuries (2006), para komunitas muslim dan dankerajaan-kerajaan Islam telah berkembang dalam dekade kedua abadke-16. Tetapi yang perlu diingat adalah bahwa penyebaran Islamyang berlanjut dengan proses Islamisasi di Jawa itu tidaklahberlangsung secara instan, tetapi melalui tahapan-tahapan sosiohistoris.Dalam konteks ini, Islam ketika itu sebagai agama baruharus berdialog atau bahkan mengakomodasi dengan tradisi, adatistiadat, dan kepercayaan lokal yang masih didominasi kultur danbudaya Hindu-Buddha. Kebanyakan dari komunitas muslimdipimpin oleh para pendakwah yang berasal dari luar (asing). “Therewere accommodating themselves to the cultural style of the HinduBuddhist Javanese aristocracy and were thereby becoming Javanese.So there were processes of both Islamisation of Javanese andJavanisation of foreign Muslims going on”, tulis Ricklefs. Sementaraitu di pedalaman saat itu, para raja-raja Jawa belum masuk Islam.Namun runtuhnya kerajaan Majapahit yang menjadi simbol kejayaanHindu-Buddha di abad ke-16, telah menyebabkan proses Islamisasidi Jawa berkembang semakin pesat, yang dampaknya sangatsignifikan bagi perkembangan Islam pada abad-abad berikutnya.Dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa kita juga mencatatperanan para penyebar Islam terkemuka yang oleh masyarakat Jawadikenal sebagai Wali Songo (Sembilan Wali). Kesuksesan penyebaranIslam di pulau Jawa nampaknya tidak bisa dipisahkan dari strategiyang dipakai oleh para Wali Songo dan penyebar Islam lainnya untuktidak melakukan dakwah yang radikal dan eksklusif dalam bentukpelarangan atau penistaan terhadap kultur, tradisi, dan kepercayaanlokal tersebut. Sebaliknya, Islam disebarkan melalui dakwah yangakomodatif dan pendekatan yang inklusif. Bahkan tidak jarang,untuk menarik simpati penduduk, para wali dan penyebar Islammemanfaatkan dan mengakomodasi kultur, budaya, dan tradisi lokalitu untuk menjadi sarana atau medium dakwah Islam. Sekadarcontoh, perayaan “Sekaten” di lingkungan Keraton Yogyakarta, jugamerupakan medium dakwah, sekalipun ritus seperti itu mengandungunsur-unsur tradisi Hindu yang dicoba untuk “di-Islamkan”. SunanBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 455

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!