12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Selanjutnya, pluralisme juga harus dibedakan dengan relativisme,yang mengasumsikan bahwa hal-hal yang menyangkut ”kebenaran”atau ”nilai” didasarkan pada pandangan hdiup serta kerangkaberpikir seseorang atau masyakatnya. Seorang yang mengikutipandangan relativisme agama, cenderung melihat kebenaran agamasecara relatif. Jadi mereka percaya tidak ada pemahaman absolutdalam beragama, dan mereka tidak punya sikap yang jelas dan tegasdalam menilai kebenaran atau kesalahan suatu agama.Saya pribadi dengan tegas menolak pandangan-pandanganseperti itu. Pandangan Hick, misalnya, tidak terlepas dari kontekssosio-kultural perkembangan sekularisme di Barat. Hick tidak yakinbahwa gagasan-gagasan ”kebenaran yang diwahyukan Tuhan” itusesuai dan logis dalam era peradaban modern. Karena itu iamenyodorkan konsep ”pluralisme agama” sebagai kebenaran bagidunia yang disebutnya sebagai ”pasca-aksial”. Saya sependapatdengan Dr. Adib, alumnus Pasca Sarjana UIN Jakarta yang melihatpandangan Hick ini mempunyai kecenderungan ideologis, karenaakan menggiring pluralisme agama menuju relativisme denganbungkus usaha pencarian ”titik temu” dan menghilangkan batasbatasperbedaan di antara agama. Padahal setiap agama punya latarbelakang sejarah dan konsepsi teologi sendiri-sendiri, yang tidakmesti harus dipaksakan untuk meleburkan kebenaran yang diyakinioleh masing-masing pemeluknya dengan konsep ”kebenaran baru”yang mengharuskan adanya pengakuan bersama. Dengan kata lain,pluralisme agama berbeda dengan relativisme agama yang mengarahpada penyamaan dan pembenaran semua agama. Seperti pernahdinyatakan oleh Romo Prof. Franz Magnis-Suseno, jika dinyatakansemua agama itu sama dan benar, dimensi pluralitas justru tidak jelasposisinya.Berbeda dengan relativisme yang mengarah pada penyamaandan pembenaran semua agama, pluralisme yang sejati justrumengakui perbedaan di antara agama-agama dan ada kesediaanuntuk menerima perbedaan itu. Pluralisme justru menerima bahwamanusia punya kepercayaan yang berbeda, dan semuanya bisa salingmenghargai satu dengan yang lain. Ini berbeda dengan relativismeyang menolak pluralitas dan tidak toleran karena menuntut agamaagamauntuk melepaskan dulu keyakinan bahwa agama mereka yangpaling benar. Seorang muslim yang menghargai pluralisme yang450 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!