12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Semula saya ingin menanggapi tulisan dan surat pembaca itu.Tetapi setelah berkonsultasi dengan sejumlah kyai dan ajengan diJawa Barat, saya mengurungkan niat tersebut. Salah seorang ulamayang saya mintai saran adalah Buya KH. Dr. Salimuddin A. Rahman,pemimpin pesantren Baiturrahman, Bandung. Menurut ulama yangarif ini, sebaiknya saya tidak perlu menanggapi tuduhan-tuduhantersebut karena hanya akan bikin rame dan tidak akan adamanfaatnya. Buya meminta saya untuk tetap istiqamah dan tenangmenghadapi cobaan dalam setiap perjuangan. Buya Salimuddin yakinbahwa pluralisme yang dikembangkan oleh ICIP bukanlah“pluralisme akidah”, tetapi “pluralisme muamalah”, yakni pluralismeyang memandang Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin, danmengakui keragaman agama berhubungan dengan tata pergaulankemasyarakatan.Dukungan semacam ini diperkuat dengan hasil evaluasi kritisdengan cara melakukan survei dan mengedarkan formulir kepadapara alumni dan santri yang peserta pendidikan pluralisme danmultikuluturalisme. Hasilnya adalah, lebih dari 98% pesertapendidikan yang diselenggarakan oleh ICIP menyatakan bahwaprogam tersebut banyak sekali manfaatnya, dan tidak ada alasanuntuk dicurigai sebagai penyebar virus “sepilis”. Yang menarik,mereka juga mengatakan bahwa sebelum mengikuti pendidikanpluralisme dan multikulturalisme, mereka juga menerima pamfletpamfletdan himbaun dari kalangan tertentu agar membatalkankeikutsertaannya. Tetapi mereka memutuskan tetap ikut, dan malahmemberikan saran-saran, masukan, dan kritik membangun buat ICIP.Kini setelah angkatan kelima, ICIP sudah punya banyak alumni dipesantren-pesantren Jawa Barat. Mereka juga telah kami bekalidengan pendidikan jurnalistik dan pelatihan menulis. Beberapa diantaranya ada yang terus mengasah ketrampilannya menulis dibuletin Al Washatiyyah yang diterbitkan oleh ICIP. Ada juga yangsudah menjadi penulis atau wartawan koran lokal di Jawa Barat ataukotanya masing-masing.MENGAPA IKUT MENGKRITISI FATWA MUI?Mengapa saya ikut mengkritisi fatwa MUI? Bukankah Buya Hamkasendiri pernah memimpin MUI, meskipun kemudian mengundurkandiri pada tahun 1980? Secara jujur saya akui, banyak pertanyaan448 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!