12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>”Surat Terbuka untuk Presiden SBY”, yang saya kutip di awal tulisanini. Intinya mengingatkan warga Ahmadiyah dijamin haknya sebagaiwarga negara yang dijamin oleh konstitusi. Sebagai warga muslim,seharusnya negara memberikan perlindungan kepada mereka dantidak melakukan pembiaran terhadap tindakan kekerasan terhadapmereka. Sikap Buya Syafi’i Maarif dan Mas Djohan itu mencermin -kan negarawan dan demokrat muslim sejati. Kedua tokoh itu merasaharus bersikap karena panggilan moral (moral calling) terhadap nasibkelompok yang menjadi korban kekerasan dan pelanggaran hak asasimanusia.Jadi jelaslah bahwa perbedaan pendapat dan keyakinan di masalalu republik ini tidak melahirkan kebencian, fitnah, apalagikekerasan. Ini berbeda dengan kondisi republik sekarang ini,terutama jika kita melihat peristiwa-peristiwa politik dan keagamaanyang terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Semua itu, langsung atautidak langsung, terkait dengan pandangan dan sikap-sikap ke -agamaan dan politik yang salah dan antipati terhadap pluralisme.Seperti diketahui, MUI dalam fatwanya menyebutkan bahwa“pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwasemua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agamaadalah relatif.” Selanjutnya, fatwa itu menyatakan, “pluralismemengajarkan bahwa setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaimbahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lainsalah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agamaakan masuk dan berdampingan hidup di surga”.Ketika fatwa MUI tentang pluralisme itu mencuat, seperti kitaketahui, banyak ditentang dan dikritisi oleh sejumlah tokohintelektual dan aktivis Islam seperti Gus Dur (KH AbdurrahmanWahid), Adnan Buyung Nasution, M. Dawam Rahardjo, DjohanEffendi, Ulil Abshar Abdhalla, Musdah Mulia, dan lain-lain. Sayasendiri juga ikut mengkritisi fatwa tersebut. Tapi reaksi dan dampakdari sikap kami yang menolak dan mengkritisi fatwa MUI sungguhdi luar dugaan. Sejumlah kelompok tertentu memberikan reaksi dankecaman keras terhadap kami lewat tulisan, pamflet, khutbah, atauceramah di masjid-masjid, mushola, forum pengajian, dan bahkanrapat akbar. Sementara itu, seorang teman yang hadir dalam sebuahceramah di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan—menceritakan bahwa saya disebut seorang yang berbahaya karena446 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!