12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Lalu silahkan baca buku Nurcholish Madjid: Misteri Kematiandan Pemikirannya itu yang ditulis oleh seorang penulis muda yangcukup berbakat, alumni IPB (Institut Pertanian Bogor), dan jugamantan wartawan sebuah media Islam. Isinya bukanlah sebuahulasan yang kritis, cerdas, objektif terhadap pikiran-pikiran Cak Nur.Tetapi sebuah penilaian apriori, subyektif, dan diramu denganbumbu-bumbu cerita dan rumor tentang sakit hingga wafatnya CakNur yang dianggap misterius. Termasuk penggambaran jenazahnyayang dikatakannya menghitam, sehingga seorang Nurcholish Madjidseolah-olah digambarkan sebagai orang yang terkena azab dari Tuhankarena telah menyebarkan pikiran-pikiran yang membahayakanakidah Islam. Dan buku serta informasi seperti ini juga menyebarluar ke pengajian-pengajian, majelis taklim, dan bahkan kutbahkhutbahdi masjid atau musholla tertentu.”Inilah ironi masyarakat kita, karena beda pendapat dan tafsirankeagamaan harus diakhiri dengan kekerasan. Saya tak habis pikirmengapa perbedaan pendapat harus disikapi dengan cara-cara yangtidak Islami. Bahkan orang yang sudah meninggal pun masih sajadinista dan dihujat,” ujar Mas Djohan. Selanjutnya Mas Djohanmengingatkan, kita harus banyak belajar dari tokoh-tokoh Islammasa lalu, yang tetap bisa santun dalam mengungkapkan pendapatdan tetap bersahabat meskipun berbeda pendapat. Mas Djohan jugamenceritakan pengalaman hidupnya di Australia, tentang bagaimanapemerintah negeri Kanguru itu mengelola pluralisme danmultikulturalisme dengan sangat baik. ”Meskipun Australia adalahnegeri sekuler, kebijakan yang dikembangkan untuk masyarakatnyayang multi ras dan multi ternyata lebih demokratis dan lebih ”Islami”dari kita-kita di sini....” tuturnya.Saya yang saat itu menjadi moderator acara itu terpukau olehpandangan-pandangan Mas Djohan dalam menelaah persoalan itu,dan membenarkan apa yang disampaikannya. Dan sebagai orangyang juga pernah tinggal beberapa tahun di negeri Kanguru itu, sayamendukung pernyataan Mas Djohan. Sengaja saya mengungkapkankegundahan Mas Djohan dalam melihat fenomena-fenomena di atas,karena ia menjadi bisa menjadi semacam titik masuk (entry point)yang sangat bermanfaat untuk menganalisis perkembangan yangterkait dengan demokrasi, pluralisme, dan kebebasan beragama dinegeri ini.Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 437

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!