12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>kecurigaan karena sejumlah kenalannya menerima tembusan smsserta membaca berita internet dana ”bantuan milyaran rupiah” dariAmerika. Untung dia sabar dan tabah dengan semua cobaan yangdialami suaminya...TENTANG ”KEKERASAN” NON-FISIKKetika sedang melamun itulah saya teringat dengan apa yang pernahdikemukakan oleh senior saya Dr. Djohan Effendi. Mas Djohan—demikian saya biasa memanggil—pernah menulis surat terbukakepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 21 Juli2005. Sebuah surat terbuka yang dimuat di sebuah koran Jakarta,kalau tidak salah Media Indonesia. Isinya sangat menyentuh perasaandan mencoba mengingatkan kepada para petinggi negara tentangkewajiban mereka melindungi warga negaranya yang punyakeyakinan dan pandangan keagamaan berbeda dari ancaman dankekerasan. Saya juga ingat Mas Djohan yang menyempatkan dirihadir dalam evaluasi akhir tahun perkembangan kehidupankeagamaan di Indonesia yang diselenggarakan oleh ICIP, Desember2006. Sebagai salah seorang peserta diskusi, Mas Djohan hari itunampak nampak santai namun bersemangat mengikuti acara evaluasikehidupan keagamaan di negeri kita saat itu. Mas Djohan memangbeberapa kali hadir dalam acara yang diselenggarakan ICIP. Dalamacara tanya jawab pada Desember 2006 dengan pembicara danpeserta diskusi itu, sejumlah peserta menyampaikan informasi sekitarmakin maraknya kekerasan yang mengatasnamakan agama diberbagai tempat. Disampaikan oleh sejumlah peserta diskusi, banyakdi antara para pelaku kekerasan fisik yang mengatasnamakan agamaitu mengkapitalisasi fatwa MUI bulan Juli 2005 yang menghukumAhmadiyah sebagai aliran sesat dan mengharamkan pluralisme,sekularisme, dan liberalisme. Dan korban kekerasan, baik fisikmaupun non-fisik pun berjatuhan. Meskipun pengurus MUI menolakanggapan bahwa fatwa tersebut tidak ada hubungannya dengankekerasan yang mengatasnamakan agama, fenomena yang terjadimenunjukkan bahwa mereka yang terlibat dalam aksi kekerasan fisikmaupun non-fisik menjustifikasi sikap dan perilakunya dengan fatwaMUI tersebut. Yang lebih memprihatinkan lagi, mengapa pemerintahsepertinya terkesan tidak tegas dan sepertinya membiarkankekerasan terjadi terhadap warga negaranya sendiri?Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 435

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!