12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>kemudian rekan dekat kami, Amidhan Pahuluan yang semula, setelahlulus, menjadi pedagang di Banjarmasin. Sebelum keluarnya FatwaMUI 2005, kami bertiga adalah kawan akrab, bahkan sepertibersaudara. Dan saya pun pernah duduk sebagai anggota MUI.Amidhan sendiri, sebelum menjadi salah seorang Ketua MUI, pernahmenduduki jabatan karier tertinggi di Departemen Agama, sebagaiDirektur Jenderal Bimas Islam dan Urusan Haji, dan pernahmembantu saya naik haji.Namun hubungan saya dengan Amidhan terasa retak sejak FatwaMUI yang amat saya tentang karena berlawanan dengan pandangansaya yang liberal-pluralis, walaupun kami tetap akrab secara pribadi.Dalam pertemuan-pertemuan, Amidhan sering mendahuluinya me -nyapa. Ketika saya sakit ia pun menengok saya dan sering mengirimsalam lewat teman-teman. Tapi saya sendiri tidak menyangka danbah kan kaget, bahwa ia, yang dulu berada dalam lingkunganprogresif di Yogya, tahu-tahu berhaluan fundamentalis yang amatsaya tentang.Sebaliknya saya dan Djohan makin erat dalam memperjuang kankebebasan beragama. Djohan sendiri ketika bertugas di DepartemenAgama, mula-mula sebagai pembantu dekat Prof. Mukti Ali, mendapattugas untuk membina kerukunan hidup beragama, baik internal Islammaupun eksternal dengan agama-agama. Pandangan Djohan danAmidhan bertolak belakang, mungkin karena posisi yang berbeda diDepartemen Agama. Amidhan membina internal umat Islam, Djohanmembangun hubungan dengan agama-agama lain dan mengikutipandangan pluralis Mukti Ali, guru dan panutan kami semua.Kemudian, setelah lepas dari jabatan Ketua Litbang Depag,Djohan berpindah kantor ke lingkungan Sekretriat Negara, ketikamenterinya Moerdiono. Ternyata kedua orang itu cocok. Mengikutibosnya, sebagai ghost-writer Djohan ditugaskan menulis naskahpidato-pidato Presiden Suharto, terutama di bidang keagamaan.Itulah sebabnya, pidato-pidato keagamaan Pak Harto cukup bermutudan mengikuti selera pluralis. Jika mendengar pidato Pak Hartotentang agama, saya selalu teringat Djohan Effendi yang lemahlembut seperti laiknya orang Banjar yang saya kenal.KOMBINASI INTELEKTUALITAS DAN SPIRITUALITASTapi pandangan keagamaan Djohan sangat kokoh. Ia sangat kritisBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!