12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Ironisnya, saya sendiri justru termasuk salah seorang korban darikelompok radikal itu. ”Anwar, it is obvious that your analysis aboutradical conservative Islam groups is totally wrong. They are nowshowing their force and even your government is unable to controlthose groups…ironically, you are also one of the victims. Where isIndonesia heading right now? ” kata seorang kolega saya dariWashington yang menelpon sekitar pukul 12.30 malam (jam 12.30pagi waktu Washington, AS) . Dan banyak lagi telpon, sms, maupunemail serupa yang saya terima dari luar negeri. Terus terang saja, sayamerasa kesulitan dan agak malu menjawab komentar danpertanyaan-pertanyaan seperti itu. Bahkan ada semacam guiltyfeeling atau perasaan bersalah yang besar karena telah memberikaninformasi dan analisis yang kenyataannya salah. Apa boleh buat!DO’A DANWIRID SEORANG KORBANSungguh, malam itu saya ingin tidur nyenyak dan bisa beristirahatdengan baik, sesuai saran para dokter dan suster yang berulang kalimengingatkan supaya membatasi diri menerima kunjungan tamu.Sesuatu yang tak bisa saya lakukan, sehingga membuat dokter danperawat berulang kali mengingatkan dan bahkan sebagian gelenggelangkepala melihat ramainya pengunjung yang membezoek kamidi RSPAD. Bahkan ada teman yang membezoek ketika jam dindingsudah menunjukkan pukul 12.05 pagi, dengan alasan dia barusempat datang malam itu karena baru pulang dari lembur di tempatkerjanya.Karena tak bisa tidur, saya membaca do’a dan wirid-wirid sambilmemohon kepada Tuhan untuk bisa segera sembuh dan kepala sayatidak cacat. Dalam berdo’a, saya membaca buku Do’a-doa Rasulullahyang ditulis dan diajarkan oleh guru saya almarhum Prof. BuyaHamka, yang juga dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah danpernah menjadi Ketua Umum MUI yang pertama (1975-1981).Sementara dalam wirid, saya mengamalkan ajaran ”guru” dansahabat saya yang lain, KH Mustofa Bisri, yang juga dikenal sebagaikyai, penyair, dan tokoh NU terkemuka dan juga mertuanya UlilAbshar Abdalla. Mengapa demikian? Karena setelah sekian lamamenjadi penduduk Jakarta, dan bergaul dengan para intelektualmuda dan aktivis Muhammadiyah dan NU, tak terasa dalampemikiran maupun ritual keagamaan sedikit banyak saya telahBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 427

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!