12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah ke -kuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dariancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yangmerupakan hak asasi”. Sementara ayat dua I menyatakan: “Hakhidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan plikiran dan hatinurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakuisebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut dihadapan hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yangtidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”. Sementara pasal 29Ayat dua memberikan kebebasan pada warga negara untuk memilihagama. Namun betapa sulitnya mengaktualkan kebebasan beragamaitu di Indonesia. Hal ini mengindikasikan adanya persoalan yangbelum selesai dalam hal dasar yang paling asasi di Indonesia. Bahkanpersoalan semakin semrawut ketika terdapat sebuah lembaga negarayang seakan-akan berperan menjadi “penjaga pintu sorga” sehinggaberhak memberikan pembatasan yang ketat pada sebuah komunitas,apakah komunitas tersebut layak disebut sebagai agama ataukahdisebut sebagai komunitas “sesat”.Lembaga negara yang bernama MUI (Majelis Ulama Indonesia)merupakan lembaga yang memberikan justifikasi pada masyarakatIslam di tingkat bawah dan para aparat negara di bawahnya(Departemen Agama) dan kelompok-kelompok milisi keagamaanuntuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan ajaranyang autentik yang bercorak rahmatan lil alamin. Beberapa kasusyang dilakukan oleh kelompok milisi Islam, misalnya atas penganutAhmadiyah, aliran kepercayaan, dan kelompok agama suku dengancara-cara kekerasan dan pengrusakan merupakan tindak lanjut darisebuah justifikasi hukum oleh MUI dalam mengeluarkan fatwapolitik tentang aliran keagamaan. Dan tentu saja menyerbu kaumminoritas, bukan menyerbu kaum mayoritas, sebab kelompokkelompokmilisi ini bahkan datangnya dari kelompok mayoritas.Jika tahun-tahun 1990-an kaum minoritas keagamaan yangpaling sengsara adalah penganut Konghucu, agama suku (agamalokal), seperti masyarakat Samin, Badui, Dayak, dan Wetu Telu, makasejak tahun 2000-an kaum minoritas yang menjadi sasaran pekerjaankerusuhan, penyesatan, pengkafiran, penghasutan adalah Ahmadiyah,kelompok Lia Eden, dan kelompok Aliran Kepercayaan, denganpelbagai peristiwa yang sangat mengkhawatirkan hubungan antara400 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!