12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Sebagaimana pernah dinyatakan oleh Abdullahi Ahmed AnNaim, persoalan kedaulatan dan kewargaan seringkali menjadipersoalan serius dalam hal bagaimana hukum menempatkan posisiyang setara antara kaum mayoritas dan kaum minoritas. Persoalan -nya, seringkali ada kelompok yang hendak memaksakan padakelompok lainnya sekalipun memiliki perbedaan teologi, bukanhanya perspektif teologi, tetapi kelompok mayoritas merasa berhakmemberikan solusi atas apa yang menjadi persoalan bersama bangsa.(Naim, 1992: 161-162)Apa yang disampaikan Naim, saya kira persis pada persoalanminoritas Indonesia. Bagaimana sebuah rezim politik memperlaku -kan kaum minoritas, tidak lebih bagaikan “sapi perah” dalam halpendapatan kelompok elite negara, dengan pelbagai peraturan resmidan peraturan tidak resmi alias pembalakan. Dalam hal pembayaranpajak anak-anak bangsa, misalnya pembayaran pajak perusahaan,orang-orang minoritas seperti Tionghoa (China), selalu mendapatkanperlakuan yang tidak nyaman oleh negara. Mereka harus membayarpajak resmi atas perusahaan yang dimiliki. Kaum minoritas Chinamelakukannya sebagai warga negara. Tetapi sebagian pengusahaChina mendapatkan perlakuan kasar oleh “preman-preman negara”dengan mengambil pajak siluman sebagai upeti, dan sayangnyamemang sebagian pengusaha China bersedia melakukannya karenadi bawah ancaman bedil. Jika tidak memberikan pajak silumanperusahaan akan dibakar, akan dicuri dan diledakkan gudangnya. Inisebuah persoalan yang sangat serius dalam hal keadilan politik rezimatas kaum minoritas Indonesia.Bukan hanya dalam hal perusahaan yang harus membayar pajak.Dalam hal politik partai juga orang minoritas (China) mengalamiperlakuan yang sungguh-sungguh diskriminatif. Orang-orang Chinaseakan-akan sebagai pendatang yang haram di tanah Nusantara.Padahal dalam sejarahnya, banyak sumbangan orang China padanusantara, baik dalam hal penyebaran Islam Nusantara, maupundalam hal perdagangan dan peradaban. Tetapi ini seringkali tidakdilihat secara objektif. Penjelasan semacam ini misalnya dapat dilihatdalam De Graaf, tentang sumbangan etnis China di Indonesia. SelainDe Graaf (De Graaf, 1992), juga Mc. Ricklefs, dalam menjelaskanbahwa kaum etnis China memberikan sumbangan yang tidak kecildalam hal perubahan tradisi di Indonesia sehingga Indonesia menjadiBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 397

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!