12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>berpikiran seperti tadi tidak terjadi lagi dan saling terbuka antaraorang Islam dan orang Kristen dalam memberikan kisah-kisahhidupnya sebagai sesama umat Tuhan. Saya berharap dalamkesempatan yang lain saudara-saudara saya yang muslim juga bisabersaksi tentang orang Kristen yang mereka lihat, mereka hadapi dantemukan di masyarakat karena kita memang hidup dalam masyarakatyang majemuk bernama Indonesia.Kisah KeduaSaya seorang Kristen, mahasiswa UGM Fakultas Ekonomi. Sayapernah mempunyai teman seorang muslim perempuan. Menurutsaya, teman saya ini orang muslim yang “fundamentalis”, karenamemakai jilbab, dan kemana-mana selalu membawa kitab (Alquran),rajin menjalankan salat, dan puasa. Tetapi, teman saya itu sangat baikmenurut saya.Karena teman saya seorang muslimah, suatu ketika dia bermainke kost saya, pas waktu salat saya silakan salat, diapun menjalankansalat, tanpa ragu-ragu. Selesai salat saya tanya: mengapa kamu tidaktakut dan ragu salat di tempatku yang Kristen? Apakah boleh orangIslam salat di tempat orang Kristen? Teman saya menjawab mengapaharus takut dan ragu, orang Kristen kan sama-sama manusia, umatTuhan, tidak ada yang membedakan, kecuali perbuatan baik yangdikerjakan.Saya dengan kamu kan hanya berbeda dalam hal kegiatanperibadatannya, saya salat setiap hari lima kali, kamu tiap mingguke gereja. Oleh karena itu, sebagai orang Kristen kamu harus rajinibadah (ke gereja), saya juga begitu. Soal ini tidak perlu menjadipersoalan karena masing-masing memiliki dasar yang tidak mungkindiperdebatkan apalagi dikompromikan. Dalam agama saya ada dalil,“bagiku agamaku, bagimu agamamu”. Tetapi memang dalil inibiasanya malah dipahami sebagai dasar untuk saling bermusuhan.Demikian teman saya yang muslim menjelaskan kepada saya.Terus terang saya kagum pada teman saya, yang saya sangkafundamentalis, ternyata setelah saya bergaul dengannya, sangatterbuka. Sehingga suatu ketika hari minggu, dia katakan padaku: kokkamu tidak gereja? Saya jadi salah tingkah karena memang mestinyasaya ke gereja, sebagai orang Kristen, bukan malah main-main.Sebagai orang muslim, teman saya juga mengingatkan saya agarBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 393

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!