12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Catatan:1Lihat esai saya, “Merawat Kecambah Pluralisme: Mengenang Th. Sumartana”,BENTARA Kompas, 5 Mei 2007.2Istilah freedom of religion or belief memang punya kerumitan konseptualtersendiri yang tidak mungkin didedah lengkap di sini. Penambahan kata beliefdalam rumusan itu dibutuhkan untuk mencakup “keyakinan non-religius”,seperti misalnya keyakinan ideologis yang juga perlu dilindungi. Umumnya,seperti nanti jadi jelas dalam diskusi tentang ICCPR di bawah ini, freedom ofreligion or belief harus dipahami secara luas, mencakup baik keyakinan teistik,non-teistik, atau bahkan a-teistik. Untuk analisa yang lebih lengkap, bacaBahiyyih G. Tahzib, Freedom of Religion or Belief: Ensuring Effective Inter -national Legal Protection, The Hague: Martinus Nijhoff Publishers, 1996.3Istilah “tumpukan sampah” saya pinjam dari hasil penelitian ISAI (Institut StudiArus Informasi). Lihat hasil penelitian ISAI dalam Stanley (ed.), Warisan OrdeBaru: Studi Fenomena dan Sistem Bablasan Rezim Soeharto di Era Reformasi,Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 2005.4Analisa paling lengkap mengenai hal ini, lihat Marsillam Simandjuntak,Pandangan Negara Integralistik: Sumber, Unsur, dan Riwayatnya dalam PersiapanUUD 1945, Jakarta: Grafiti Pers, cetakan kedua, 1997.5Uraian lebih jauh, lihat DR. Iur. Adnan Buyung Nasution, “Beberapa PokokPikiran Mengenai Amandemen UUD 1945”, dalam Arus PemikiranKonstitusionalisme: Tata Negara, Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2007, h. 161 –166.6Prinsip ini juga ditegaskan H. Agoes Salim, salah seorang tokoh pejuangkemerdekaan kita. Menurut Agoes Salim, sila pertama dalam Pancasila bahkantidak dapat dipakai untuk menafikan hak dan kemerdekaan mereka yang ateis(meniadakan Tuhan) ataupun politeis, sebab itu adalah “kemerdekaan keyakinanyang mutlak”! Baca H. A. Salim, “Kementerian Agama dalam RepublikIndonesia”, dalam buku Agenda Kementrian Agama, Jakarta: DepartemenAgama, 1951/1952, h. 123 – 128. Sayangnya, gagasan cemerlang Agoes Salimkini hanya menjadi tumpukan sejarah yang sudah dilupakan orang. Terima kasihuntuk Pak Djohan yang mengingatkan teks Agoes Salim yang terlupakan ini.7Teks Inggrisnya: Everyone shall have the right to freedom of thought, conscienceand religion. This right shall include freedom to have or to adopt a religion orbelief of his choice, and freedom, either individually or in community with othersand in public or private, to manifest his religion or belief in worship, observance,practice and teaching.8UN Office of the High Commissioner for Human Rights, General CommentsNo. 22: The right to freedom of thought, conscience and religion (Art. 18),30/07/93, paragraf 2. Lihat juga catatan kaki #2 di atas mengenai istilah freedomof religion or belief.9Daniel Dhakidae, Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru,Jakarta: Gramedia, 2003, h. 511.10Niels Mulder, Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa: Kelangsungan danPerubahan Kulturil, Jakarta: Gramedia, 1983, h. 5 dstnya.11Jane Monnig Atkinson, “Religions in Dialogue: The Construction of anIndonesian Minority Religion”, dalam Rita Smith Kipp dan Susan Rodgers(eds.), Indonesian Religions in Transition, Tucson: The University of ArizonaPress, 1987, h. 171 – 186, khususnya h. 177. Untuk diskusi yang lebih luas soalini, baca Albert Schrauwers’ illuminating book, Colonial ‘Reformation’ in theHighlands of Central Sulawesi, Indonesia, 1892 – 1995, Toronto: University ofToronto Press, 2000.388 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!