12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>partai yang berjalan di muka dalam demokrasi dan pembangunanekonomi. Melalui tokoh Roem, ia juga menggambarkan Masyumisebagai partai yang berwawasan pluralis yang disimbolkan denganpersahabatannya dengan PSI dan Partai Katholik.Itulah kira-kira gambaran dari profil HMI Jakarta. Selainkelompok Jakarta, kelompok lain yang juga menonjol adalahkelompok Bandung, Yogya, dan Makassar. Kelompok-kelompok itumemiliki orientasi yang berbeda, namun sering juga membentukaliansi, tergantung dari isunya. Jakarta sering mendapat oposisi dariBandung dan Yogya. Dalam kaitan ini Jakarta acap kali berkoalisidengan Yogya. Tapi Yogya, di bidang politik dan keagamaan, lebihcocok dengan Jakarta dan Makassar, sebaliknya bersaing dengankelompok Bandung di bidang itu. Makassar lebih menonjol orientasipolitiknya, sehingga selalu dekat dengan Jakarta. Namun melaluitokoh tertentu, Makassar juga bersekutu dengan Bandung dalam isukeagamaan. Peranan tokoh-tokoh memang sangat menonjol dalampengelompokan dan orientasi perjuangan itu.Pada dasarnya, kelompok Yogya berseberangan dengankelompok Jakarta, di bidang orientasi politik. Namun, melalui tokohseperti Cak Nur, Yogya bisa bergandengan tangan dengan Jakarta.Perbedaan antara Yogya dan Jakarta adalah bahwa Jakarta memilikisyahwat politik yang tinggi. Sebaliknya Yogya lebih berorientasi padabudaya, kemasyarakatan dan intelektual. Namun dalam perpolitikanmahasiswa, Yogya juga punya tokoh yang sangat piawai, yaitu Tawang -alun. Perdebatan publik antara Tawangalun dan Marsilam Simanjuntaksangat mengesankan Nono Anwar Makarim. Namun, jika Cak Nurdikepung oleh lingkungan politik Jakarta, Tawangalun dikelilingi olehlingkungan intelektual, budaya, dan kemasyarakatan Yogya.Yogya dipimpin oleh tokoh-tokoh intelektual progresif,khususnya Sularso dan Sudjoko Prasodjo yang senior dan kemudianDjohan Effendi, Ahmad Wahib, Mansur Hamid (mahasiswa asalBugis). Wahib memasukkan saya dalam kelompok elite Yogya ini.Namun saya adalah orang yang paling dekat dengan dan mengakumurid Sularso dan Sudjoko Prasodjo. Sedangkan Wahib sangat dekatdengan Djohan Effendi dan Mansur Hamid, seorang pen didik danqori’ yang berpandangan sangat progresif dan pluralis di bidangkeagamaan. Ia adalah teman seasrama saya di YASMA-MasjidSyuhada.4 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!