12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>pahlawan “Serangan 6 jam di Yogya” dari kalangan militer, danpahlawan politik di meja perundingan KMB yang juga tokohMasyumi. Tapi rezim Orde Baru ternyata menolak Roem danmenggantikannya dengan pasangan Djarnawi Hadikusumo-LukmanHarun sebagai pimpinan Parmusi, sedangkan Masyumi tetapdikucilkan, padahal mitra politik Masyumi, yaitu PSI, dirangkul.Hal itulah yang merisaukan kelompok Yogya yang sangatdipengaruhi oleh Sularso, seorang pemikir yang sangat dihormatioleh dan sangat berpengaruh terhadap Cak Nur itu. Itulah yangmelatarbelakangi ide untuk menokohkan Cak Nur yang ketika itudikenal sebagai ”Natsir Muda”. Sularso adalah tokoh yang me -mimpin konspirasi menaikkan Cak Nur dari posisi Ketua IV menjadiKetua Umum PB HMI. Perkiraannya adalah bahwa Cak Nur akanditerima oleh elite Masyumi sekaligus juga diterima oleh rezim OrdeBaru, karena Cak Nur adalah pendukung Pancasila di kalangan HMItapi memiliki otoritas keagamaan dan wawasan keislaman yangprogresif. Konspirasi itu berhasil mengangkat Cak Nur sebagai KetuaUmum PB HMI dalam kongresnya di Solo tahun 1968.Namun Cak Nur bukanlah tokoh politik. Ia adalah seorangpemikir keagamaan. Meski hidup dan aktif di lingkungan politik,Cak Nur tetap lugu dan polos di bidang politik. Karena itu peranpolitik HMI dilakukan oleh tokoh-tokoh semacam Mar’ie Muhammad,walaupun yang dipelajarinya adalah ekonomi-akuntansi di UI.Sungguhpun begitu, Cak Nur bukannya tidak mempunyai pandang -an politik. Bahkan insting politiknya sangat tajam. Hal ini nampakdalam wacananya mengenai konsep negara Islam dan upayanya agarumat Islam tidak terpinggirkan dalam arus perpolitikan nasional,karena wacana negara Islam dan Piagam Jakarta-nya.INTELEKTUAL PROGRESIFCak Nur memang memiliki wawasan politik, tetapi polos dalampolitik praktis. Ia ingin mengubah pemikiran politik Islam diIndonesia, tetapi tidak memikirkan implikasi politik praktisnya.Dengan pemikiran politiknya yang lebih berwawasan kebangsaan, iamemang berseberangan dengan Masyumi. Namun ia adalah orangyang paling bangga pada Masyumi, terutama pada tokoh semacamMohammad Roem sebagai simbol demokrasi dan kebangsaan dilingkungan Islam di Indonesia. Ia menggambarkan Masyumi sebagaiBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 3

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!