12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>tentang larangan “melakukan pernafsiran tentang suatu agama yangdianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaanyang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu,penafsiran mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu,”masih dipertahankan dan bahkan diperkuat. 34 Ini memperlihatkanbahwa pemimpin yang berkuasa tetap ingin menentukan definisiagama dan pemahaman agama yang dianut sebagai yang benar danberhak diberikan kebebasan, sementara kelompok agama yangdianggap berbeda dengan pemahaman keagamaan yang umumdianut, dalam kasus ini Jemaat Ahmadiyah Indonesia, tidak berhakmendapatkan kebebasan dan bahkan diancam dengan hukumankriminal.KESIMPULANSebagai sebuah gagasan dan nilai, kebebasan beragama dapatdipahami secara lebih baik dan dapat diterapkan secara lebih efektifapabila negara dan civil society sama-sama memahami keteganganketegangankonseptual antara mana yang otentik dan mana yangmodern, mana yang universal dan mana yang partikular, dan manayang menjadi hak dan mana yang menjadi kewajiban. Ketegangankonseptual ini terkait dengan pandangan ontologis, epistimologis,dan aksiologis para tokoh politik dan agama di Indonesia yang sangatdipengaruhi gagasan-gagasan baik dari luar maupun dari dalamsejarah negeri ini. Sejak lama Indonesia menjadi persinggahangagasan-gagasan dan peradaban Barat dan Timur, termasuk agamaagamadan ideologi-ideologi, yang diramu secara kreatif secara terusmenerus.Implikasinya adalah, bahwa para penggiat kebebasan beragama,seperti Mas Djohan Effendi dan siapa saja yang sejalan dengannya,memiliki kesempatan untuk terus mereformulasi kebebasan ber -agama menjadi gagasan yang diterima lebih banyak elemen di dalampemerintah, termasuk lembaga-lembaga hukum, dan civil society.Pemaknaan intoleransi, diskriminasi, dan penodaan agama, misalnya,bisa lebih dicarikan semacam kesepahaman antara para pemegangkebijakan, pemikir, dan aktivis publik. Tidak kalah pentingnyaadalah, bahwa gagasan kebebasan beragama tidak akan berkembangsebagai gagasan yang menjadi “habits of the heart” (moeurs libres,akhlak nurani) 35 semua elemen negara dan masyarakat Indonesia jika330 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!