12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>kekuasaan terbagi dan terkendali. Menurut mereka, pemisahan totaljuga tidak mungkin, karena setiap orang di Indonesia adalahberagama, dan sekaligus warga negara. Artinya, tanpa campur tanganlangsung, negara memiliki kewajiban-kewajiban keagamaan tertentu,dan tanpa campur tangan langsung, agama memilki kewajibankenegaraan (civic duties) tertentu.Menurut mereka, kewajiban keagamaan oleh negara termasukmelindungi kebebasan beragama semua agama dan kepercayaankepada Tuhan Yang Maha Esa, berpartisipasi dalam menciptakan danmenjaga kerukunan internal dan eksternal umat beragama, danmembantu pembangunan semua agama secara adil sesuai denganketerbatasan kuasanya. Di pihak lain, kewajiban-kewajiban sipilagama termasuk mendidik penganut agama untuk menjadi warganegara yang bertanggung jawab, berpartisipasi secara positif dalampembangunan, melakukan kontrol sosial secara bertanggung jawab,dan membangun landasan spiritual, moral, dan etik bagipembangunan bangsa sebagai pengamalan Pancasila. Umat Kristendipanggil untuk menjadi warga yang patuh, seperti dijelaskan dalamPerjanjian Baru dan dipahami Martin Luther dan Jean Calvin.Menurut Calvin, umat Kristen harus menjalankan kewajiban sebagaiwarga dan sebagai anggota Gereja. 27ANTARA HAK DAN TANGGUNG JAWAB<strong>Kebebasan</strong> agama sebagai nilai yang mandiri dan kuat, selalu berkaitandengan hak dan moralitas tanggung jawab. Di Amerika, sosiologRobert Bellah, ketika bicara tentang kebebasan (freedom), me -nyandingkannya dengan tanggung jawab (responsibility) dan otoritas.<strong>Kebebasan</strong> yang tidak disertai kewajiban akan menjadi totalitarian,seperti halnya pasar yang tanpa regulasi. Otoritas, menurut Bellah,dalam bentuk negara, atau lembaga yang diakui, justru menjadiprasyarat tegaknya kebebasan. 28 Di sana banyak pemikir merujuk padaperintis Protestan Martin Luther misalnya, yang menulis dalambukunya Die Freiheit eines Christenmenschen (<strong>Kebebasan</strong> ManusiaKristiani, 1520) tentang arti kebebasan dan kewajiban: “A Christian isa perfectly free lord of all, subject to none. A Christian is a perfectlydutiful servant of all, subject to all.” Lebih lanjut, bagi Luther,kebebasan adalah cinta, ikatan antara orang beriman dan anugrah cintaTuhan. Mungkin, ini seperti bertentangan, tapi bagi Luther, memiliki326 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!