12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>menurunnya campur tangan Gereja dalam politik Negara, seperti diEropa waktu itu. Sebagian adalah deis Pencerahan yang percayaadanya Tuhan tapi Dia sudah serahkan kepada hukum alam, sehinggaurusan negara bukan urusan agama. Jefferson, yang mengarangStatuta <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong> di Virginia, percaya bahwa kebebasanberagama hanya bisa dijamin ketika gereja tidak campur tangandalam urusan agama. Pihak lain, seperti Baptis, mendukungperlindungan negara terhadap kebebasan beragama. 14 Dengandemikian, pemisahan gereja-negara (wall of separation) dankebebasan beragama begitu dijunjung tinggi di Amerika, meskipundefinisi dan perjalanannya juga tidaklah seragam dan tidak linear.Amerika yang mayoritas Protestan, lalu masuk Katolik, dankemudian Yahudi, gereja Mormon, dan kemudian agama-agama“Asia” seperti Hindu, Buddha, dan kemudian Islam, serta gerakangerakanagama baru. Kasus-kasus intoleransi dan diskriminasi terjadidi banyak bagian koloni sepanjang sejarahnya. Namun demikian,sambil terus belajar dari sejarah itu, Amerika terus berupaya semakinpluralistik, dari toleransi selektif di masa awal, di mana Protestanmasih sangat mapan, kemudian ke masa penyesuaian, lalu masainklusi (memasukkan mereka yang marjinal kedalam sistem),kemudian cita-cita “melting pot”, kemudian partisipasi dan kerjasama Prostestan-Katolik-Yahudi, dan kini semakin pluralistik. 15Belakangan ini, terus ada pemikir yang berupaya merekonstrukisejarah dan memilih arah bangsa Amerika yang semakin pluralis, danada yang ingin mempertahankan “karakter budaya” Anglo-Protestan.Konstruksi gagasan identitas keAmerikaan terus bermunculan:“Christian America” (Neuhaus), “civil religion” (Bellah), the“American Creed” (Huntington), “America’s sacred ground”(McGraw), dan sebagainya. 16Di Indonesia, debat identitas kebangsaan itu juga belumberakhir, yang memiliki dampak pada definisi dan penerapankebebasan beragama, seperti “Negara Muslim terbesar di Dunia”,“Bukan Negara Sekuler, bukan Negara Islam”, “Negara Pancasila”.Identitas-identitas itu memiliki pengaruh pada pemahaman tentangkebebasan beragama: sejauh mana agama-agama atau keyakinankeyakinantertentu mendapatkan tempat di ruang publik.320 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!