Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
12.07.2015 Views

Democracy ProjectMasdar dalam hal ini tidak sekadar melakukan pendidikan danpelatihan, ia pun juga melakukan reinterterpretasi teologis denganmenawarkan metodologi pentingnya memaknai kembali konsepajaran yang bersifat universal (qath’i) dan partikular atau teknisoperasional (juz’iyyah). 11 Ajaran yang bersifat universal, menurutnya,ajaran yang bersifat prinsip etik, seperti kebebasan manusia danpertanggungjawaban individu (Qs. Al-Zalzalah (99): 7-8); ajaranmengenai kesetaraan manusia tanpa memandang perbedaan jeniskelamin, warna kulit dan suku bangsa (Qs. Al-Hujurat 13); ajarantentang keadilan (Qs. An-Nahl (16):90); persamaan manusia didepan hukum (QS. Al-Maidah (5):8); ajaran untuk tidak merugikandiri sendiri dan orang lain (QS. Al-Baqarah (2):279); ajaran tentangkritik dan kontrol sosial (QS Al-Ashr (103): 1-3); ajaran untukmenepati janji dan menjunjung tinggi kesepakatan (Qs. Al-Isra’(17):34); ajaran untuk tolong menolong dalam kebaikan (Qs Al-Maidah (5):2); ajaran agar yang kuat melindungi yang lemah (Qs.Al-Nisa’ (4):75); ajaran untuk bermusyawarah (Qs. Al-Nisa’ (4): 75);ajaran tentang kesetaraan suami istri dalam keluarga dan salingmemperlakukan dengan santun diantara keduanya. (Qs. Al-Baqarah(2): 187; Qs. Al-Nisa’ (4): 19). Semua ajaran-ajaran ini bersifatprinsipil dan fundamental, karena kebenarannya sesuai dengan ruangdan waktu yang bersifat universal.Sementara ajaran yang bersifat partikular (dzanni), menurutMasdar, adalah ajaran yang bersifat penjabaran (implementatif) dariprinsip-prinsip yang qath’i dan universal tadi. Ajaran yang bersifatpartikular (dzanni) tidak mengandung kebenaran atau kebaikan padadirinya sendiri, karena ia terikat oleh ruang dan waktu dan olehsituasi dan kondisi yang berbeda. Hal ini terlihat misalnya padahukuman potong tangan bagi pencuri. Hukuman ini hanyamerupakan upaya praktis yang diduga efektif untuk membuat jera sipencuri dan sekaligus membuat orang lain berpikir keras untukberbuat kejahatan serupa. Sebagai ajaran yang bersifat teknis, hukumpotong tangan tentu bersifat partikular (hipotesis), karena tidaksemua orang bisa sepakat bulat perihal kelayakan dan efektifitaspotong tangan sebagai ‘cara’ mencegah pencurian, seperti sepakatnyaorang atas haramnya mencuri. Bahkan dalam pemikiran hukumIslam, tidak semua pencuri dalam keadaan apapun harus dihukumpotong tangan. 12304 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Democracy ProjectMetode inilah, menurut Masdar, cara memahami (hukum) Islamyang terstruktur, dinamis, dan bisa dipertanggungjawabkan, karenadengan pendekatan ini bisa menjunjung tinggi nilai-nilai dasar agamayang universal dan mengatasi dimensi ruang dan waktu, tanpa perluterpasung pada kebekuan hal-hal yang bersifat teknis, instrumentaldan kondisional”. 13 Dengan metode inilah, sejumlah tema-temakeagamaan Islam yang bias gender ditafsirkan kembali denganpemaknaan yang memiliki perspektif keadilan gender. Tema-tematersebut seperti kepemimpinan perempuan, hak waris perempuan,nilai kesaksian perempuan, hak-hak reproduksi perempuan, hakmenentukan pasangan hidup bagi perempuan, poligami, sunatperempuan (mutilasi), aborsi, dan lain-lain.DARI WACANA KE GERAKAN SOSIALDari pendekatan transformasi sosial yang dikembangkan P3M inilahmelahirkan tokoh-tokoh pesantren yang menjadi pionir di tengahtengahmasyarakatnya dalam memperjuangkan keadilan bagiperempuan. Sebut saja Kyai Hussein Muhammad, pengurus PondokPesantren Daarut Tauhid yang mengembangkan pemberdayaanperempuan di pesantrennya. Selain itu, ia juga menjadi narasumberuntuk rujukan teologi Islam dalam pelbagi isu keadilan bagiperempuan di tingkat nasional. Bersama rekan-rekan muda yangmemiliki disiplin ilmu fiqh dan ushul fiqh, mereka mendirikanFahmina di Cirebon, sebuah lembaga yang bergerak denganpendekatan transformasi sosial masyarakat yang memperjuangkankeadilan gender, pluralisme agama, dan keadilan ekonomi rakyat.Lembaga ini kemudian bukan hanya dikenal di daerah, tetapi jugadi tingkat nasional.Pesantren lain yang mengembangkan pemberdayaan perempuanadalah Pesantren Cipasung, Tasikmalaya. Melalui Ida NurhalidaIlyas, puteri KH. Muhammad Ilyas Ruhiat, mantan Rais Am SyuriahPBNU (1994-1999), pesantren ini menekankan pendidikannyadengan perspektif keadilan gender. Bahkan Nurhalida sendiri adalahkepala sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang dalam sejarahkepemimpinan di sekolah Model tersebut baru ia perempuanpertama menjadi pemimpin sekolah. Ia pun mendorong pesertadidiknya, terutama perempuan, untuk mengambil peran dalamposisi-posisi kepemimpinan organisasi-organisasi sekolah. Atas iklimBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 305

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Masdar dalam hal ini tidak sekadar melakukan pendidikan danpelatihan, ia pun juga melakukan reinterterpretasi teologis denganmenawarkan metodologi pentingnya memaknai kembali konsepajaran yang bersifat universal (qath’i) dan partikular atau teknisoperasional (juz’iyyah). 11 Ajaran yang bersifat universal, menurutnya,ajaran yang bersifat prinsip etik, seperti kebebasan manusia danpertanggungjawaban individu (Qs. Al-Zalzalah (99): 7-8); ajaranmengenai kesetaraan manusia tanpa memandang perbedaan jeniskelamin, warna kulit dan suku bangsa (Qs. Al-Hujurat 13); ajarantentang keadilan (Qs. An-Nahl (16):90); persamaan manusia didepan hukum (QS. Al-Maidah (5):8); ajaran untuk tidak merugikandiri sendiri dan orang lain (QS. Al-Baqarah (2):279); ajaran tentangkritik dan kontrol sosial (QS Al-Ashr (103): 1-3); ajaran untukmenepati janji dan menjunjung tinggi kesepakatan (Qs. Al-Isra’(17):34); ajaran untuk tolong menolong dalam kebaikan (Qs Al-Maidah (5):2); ajaran agar yang kuat melindungi yang lemah (Qs.Al-Nisa’ (4):75); ajaran untuk bermusyawarah (Qs. Al-Nisa’ (4): 75);ajaran tentang kesetaraan suami istri dalam keluarga dan salingmemperlakukan dengan santun diantara keduanya. (Qs. Al-Baqarah(2): 187; Qs. Al-Nisa’ (4): 19). Semua ajaran-ajaran ini bersifatprinsipil dan fundamental, karena kebenarannya sesuai dengan ruangdan waktu yang bersifat universal.Sementara ajaran yang bersifat partikular (dzanni), menurutMasdar, adalah ajaran yang bersifat penjabaran (implementatif) dariprinsip-prinsip yang qath’i dan universal tadi. Ajaran yang bersifatpartikular (dzanni) tidak mengandung kebenaran atau kebaikan padadirinya sendiri, karena ia terikat oleh ruang dan waktu dan olehsituasi dan kondisi yang berbeda. Hal ini terlihat misalnya padahukuman potong tangan bagi pencuri. Hukuman ini hanyamerupakan upaya praktis yang diduga efektif untuk membuat jera sipencuri dan sekaligus membuat orang lain berpikir keras untukberbuat kejahatan serupa. Sebagai ajaran yang bersifat teknis, hukumpotong tangan tentu bersifat partikular (hipotesis), karena tidaksemua orang bisa sepakat bulat perihal kelayakan dan efektifitaspotong tangan sebagai ‘cara’ mencegah pencurian, seperti sepakatnyaorang atas haramnya mencuri. Bahkan dalam pemikiran hukumIslam, tidak semua pencuri dalam keadaan apapun harus dihukumpotong tangan. 12304 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!