Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
12.07.2015 Views

Democracy Projectbudaya, sistem politik, etnisitas, tradisi lokal, dan sebagainya.Kemajemukan atau pluralitas itu merupakan kenyataan dan bahkanmakin lama makin menjadi keharusan perkembangan zaman.Artinya, masyarakat itu menuju ke pluralitas. Untuk mengaturpluralitas ini supaya produktif, diperlukanlah sebuah pluralisme.Sebab, tidak bisa dipungkiri, pluralitas mengandung bibit per -pecahan. Justru karena ancaman perpecahan inilah diperlukan sikaptoleran, keterbukaan untuk saling belajar, dan mengembangkankesetaraan. Pluralisme memungkinkan terjadinya kerukunan dalammasyarakat atau harmoni, bukan konflik. Dengan paham pluralismesetiap orang memperoleh kebebasan yang sama, adil, dan setara.Tetapi juga dianjurkan untuk melakukan dialog, saling pemahaman,toleransi, dan keterlibatan aktif membangun peradaban. Dalam soaldialog inilah, Pak Djohan dapat dianggap sebagai perintis—terutamasejak pertengahan 70-an—ketika ia mengembangkan sebuah “teologikerukunan hidup beragama” dalam bentuk praksis, hingga tahun 90-an dengan mendirikan Interfidei di Yogyakarta dan ICRP di Jakarta.Pak Djohan pernah bercerita, bahwa ketika Pak Mukti Alimemulai jabatan Menteri Agama beliau mengadakan sebuah proyekbaru, yang disebut “Proyek Kerukunan Umat Beragama”. Pak Djohandipercaya memimpin proyek ini antara tahun 1973-1978. Proyek inimenyelenggarakan tiga kegiatan: Dialog Pemuka Agama, PenelitianBersama, dan Darma Bakti Kemasyarakatan. Melalui kegiatan DialogPemuka Agama diselenggarakan pertemuan, di mana para pemukaagama hadir secara pribadi dan tidak mewakili lembaga-lembagakeagamaan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan perkenalansecara personal antara para pemuka agama melalui perbincanganmengenai masalah-masalah sosial keagamaan. Mereka dimintamenyumbangkan pemikiran untuk memecahkan masalah-masalahkemasyarakatan dari perspektif agama masing-masing. Yang menjaditarget bukanlah kesepakatan pendapat di antara para pemukaberbagai agama itu, melainkan tumbuhnya perkenalan dan per -sahabatan di antara mereka—tidak saja dalam acara diskusi akantetapi dalam acara santai seperti makan bersama sambil ber -cengkrama. Dari persahabatan pribadi itu diharapkan berbagaimasalah yang kemungkinan timbul dalam konteks hubungan antarumatberbeda agama bisa diselesaikan melalui jalur persahabatanpara pemuka agama.XXX |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Democracy ProjectKedua, melalui kegiatan penelitian bersama beberapa penelitidari berbagai perguruan tinggi agama. Kegiatan ini dilakukan untukmeneliti kehidupan umat beragama, potensi pranata-pranata danlembaga-lembaga keagamaan, peluang kerja sama dan ancamankonflik dalam kehidupan masyarakat. Yang diharapkan tidak sekadarhasil penelitian mereka, tetapi juga terbentuk tim peneliti dariberbagai perguruan tinggi agama yang sewaktu-sewaktu dapatmembantu memahami secara objektif masalah-masalah sosialkeagamaan.Ketiga, melalui Darma Bakti Kemasyarakatan, mahasiswa dariberbagai agama diberi fasilitas untuk menyelenggarakan campingbersama sambil melakukan bakti sosial di lingkungan di manamereka menyelenggarakan camping. Acara ini mereka gunakan jugauntuk menyelenggarakan diskusi tentang berbagai masalah. Tujuanprogram ini adalah memberikan kesempatan dan ruang bagi caloncalonpemuka agama dan pemikir keagamaan untuk mengembang -kan hubungan lintas-iman.Program semacam “Proyek Kerukunan Umat Beragama” atauistilah Pak Djohan, praksis dari “teologi kerukunan” yang telahdirintisnya itu, sekarang menjadi mapan dalam program-program dilingkungan antaragama dan antariman. Sayang sekali kegiatan initerhenti setelah Pak Mukti Ali meninggalkan jabatan Menteri Agama.Menteri-menteri yang datang setelah beliau menurut Pak Djohantidak lagi memiliki visi dan komitmen yang jelas untuk membangunhubungan yang harmonis di antara warga masyarakat yang berbedalatar belakang agama dan kepercayaan mereka.Pak Djohan merasa mendapatkan sesuatu yang sangat bernilaidari pengalaman menyelenggarakan kegiatan program di atas.Khususnya dalam memperkaya pengalaman spiritualitas kita darikekayaan agama-agama lain. “Dari tiap agama kita bisa mengambilmutiara kerohanian yang membuat cakrawala keagamaan kitamenjadi lebih luas,” begitu Pak Djohan biasa menyebut hikmah daripassing over dan coming back antaraiman yang sekarang populerdalam program-program antaragama dan antariman. Dari prosespassing over dan coming back antaraiman ini, sebagai muslim, PakDjohan bisa lebih menghayati ayat Alquran yang menegaskan bahwamanusia adalah satu umat; demikian juga ucapan Nabi Muhammadbahwa umat manusia adalah keluarga ilahi dan sebaik-baik manusiaBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| XXXI

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Kedua, melalui kegiatan penelitian bersama beberapa penelitidari berbagai perguruan tinggi agama. Kegiatan ini dilakukan untukmeneliti kehidupan umat beragama, potensi pranata-pranata danlembaga-lembaga keagamaan, peluang kerja sama dan ancamankonflik dalam kehidupan masyarakat. Yang diharapkan tidak sekadarhasil penelitian mereka, tetapi juga terbentuk tim peneliti dariberbagai perguruan tinggi agama yang sewaktu-sewaktu dapatmembantu memahami secara objektif masalah-masalah sosialkeagamaan.Ketiga, melalui Darma Bakti Kemasyarakatan, mahasiswa dariberbagai agama diberi fasilitas untuk menyelenggarakan campingbersama sambil melakukan bakti sosial di lingkungan di manamereka menyelenggarakan camping. Acara ini mereka gunakan jugauntuk menyelenggarakan diskusi tentang berbagai masalah. Tujuanprogram ini adalah memberikan kesempatan dan ruang bagi caloncalonpemuka agama dan pemikir keagamaan untuk mengembang -kan hubungan lintas-iman.Program semacam “Proyek Kerukunan Umat <strong>Beragama</strong>” atauistilah Pak Djohan, praksis dari “teologi kerukunan” yang telahdirintisnya itu, sekarang menjadi mapan dalam program-program dilingkungan antaragama dan antariman. Sayang sekali kegiatan initerhenti setelah Pak Mukti Ali meninggalkan jabatan Menteri Agama.Menteri-menteri yang datang setelah beliau menurut Pak Djohantidak lagi memiliki visi dan komitmen yang jelas untuk membangunhubungan yang harmonis di antara warga masyarakat yang berbedalatar belakang agama dan kepercayaan mereka.Pak Djohan merasa mendapatkan sesuatu yang sangat bernilaidari pengalaman menyelenggarakan kegiatan program di atas.Khususnya dalam memperkaya pengalaman spiritualitas kita darikekayaan agama-agama lain. “Dari tiap agama kita bisa mengambilmutiara kerohanian yang membuat cakrawala keagamaan kitamenjadi lebih luas,” begitu Pak Djohan biasa menyebut hikmah daripassing over dan coming back antaraiman yang sekarang populerdalam program-program antaragama dan antariman. Dari prosespassing over dan coming back antaraiman ini, sebagai muslim, PakDjohan bisa lebih menghayati ayat Alquran yang menegaskan bahwamanusia adalah satu umat; demikian juga ucapan Nabi Muhammadbahwa umat manusia adalah keluarga ilahi dan sebaik-baik manusiaBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| XXXI

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!