12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>as identities, yang menurut saya menjadi modus ke-2 dari konversike dalam agama dunia (termasuk Kristen).Untuk persisnya, namun juga melihat kompleksitasnya, bahkandinamikanya, izinkanlah saya menceritakan riset sederhana yang sayalakukan di dukuh Nalen, Kecamatan Tuntang, Semarang Selatan,pada Juni 2008 lalu.Ada yang mengharukan ketika keluarga-keluarga Jawa itumembukakan rumahnya, menyapa kami (saya dan peneliti dari“Percik”, Singgih Nugroho) dengan spontan, dan mengaitkankedatangan kami dengan seekor anak burung yang pagi hari masukke rumahnya. Di Jawa, rupanya, selalu ada tempat bagi orang lain,bagi sang liyan. Segera percakapan menjadi akrab, tentu terutamakarena kehadiran Singgih di antara kami. Buktinya, segera pula sangIbu membukakan Babad saka Kitab Sutji, terbitan Taman PustakaKristen, terbitan 1962, di depan saya. Dan memang iman Kristennyaberawal dari situ.“Yang lain-lain itu hanya bayang-bayang, tapi pada Kitab Suci inikami melihat yang sesungguhnya”, kata sang Bapak. Rupanyabayang-bayang itu terasa pekat di tahun 1963 dulu, saat kekuatanKomunis, Islam, dan militer berbaris dan berdesakan masukmemperkenalkan tema politik masing-masing. Makanya parasesepuh dukuh itu mencari jalan, atau siasat, agar mereka tidakterjebak dalam sepak terjang tadi. Juga, yang penting, agar merekatetap mandiri, dan bisa menetapkan agenda hidup sendiri. PendetaSusilo dari Salatiga rupanya yang memberi mereka “Babad” tadi, danmereka pun menemukan tambatan hati yang baru di situ, jugasangkan paraning urip, dan yang paling penting: menemukan“babad” mereka sendiri.Kepada pak Rejo Jonatan, saya lanjutkan–dengan agak men -desak,--bertanya, “Setelah semua gonjang-ganjing itu, tambatan hatiBapak pada apa dalam Kitab Suci?” Maksud saya ialah mau bertanyatentang refleksi simbolik apa yang ia temukan di tengah pergulatanhidup konkretnya. Hampir 10 menit saya membolak-balik per -tanyaan, agar cukup jitu mengungkap maksud saya. Tampaknya adayang kena, yaitu saat ia menjawab dan menunjuk nas Alkitabmenurut Injil Yohanes: “Janganlah gelisah hatimu, banyaklah tempatdi rumah Bapa-Ku”.Tampaknya memang ada kegelisahan yang sungguh membayangi278 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!