12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Imaginal Worlds) yang menggunakannya sebagai alternatif untuk istilah“imaginary” terutama karena istilah yang terakhir mempunyai konotasi suatupengertian yang salah atau tidak riil di dalam colloquial bahasa Inggris. Denganistilah “imaginal,” Chittick menciptakan suatu adjektif yang digunakan untukmenjelaskan suatu fenomena yang erat berkaitan dengan imaginasi, tetapi yangdipahami sebagai sesuatu yang benar-benar riil.11Henry Corbin, Creative Imaginaion in the Sufism of Ibn `Arabi (Princeton, NJ:Princeton University Press, 1969), 377.12Hirtenstein, The Unlimited Merciful, 152.13QRS, 278.14Fut. I, 723. 14, QRS, 287.15QRS, 287.16Lihat Alexander D. Knysh, Ibn `Arabi in the Later Islamic Tradition: The Makingof a Polemical Image in Mediaval Islam (Albany: State University of New YorkPress, 1999).17Lihat George Makdisi, “Ibn Taymiyyah: A Sufi of the Qadiriya Order,” TheAmerican Journal of Arabic Studies, 1 (1973), pp. 118-129 dikutip dalamMuhammad Umar Memon, Ibn Taymiyyah’s Struggle Against Popular Religion(The Hague: Mouton, 1976), x.18Muhammad Umar Memon, Ibn Taymiyyah’s Struggle Against Popular Religion(The Hague: Mouton, 1976).19Ibn Taymiyyah, Majmu`at al-rasa’il wa l-masa’il, empat jilid, MuhammadRashid Rida, ed. (Cairo: Matba`at al-Manar, 1922-1930), v. 4, 179, dikutipdalam Knysh, Ibn `Arabi in the Later Islamic Tradition, 96.20Ibn al-Dawadari, Kanz al-durar wa l-jami` al-ghurar (Wiesbaden: Qism al-Dirasat al-Islamiyya, al-Ma`had al-Almani li al-Athar bi al-Qahira, 1960-1982),143, dikutip dalam Knysh, Ibn `Arabi in the Later Islamic Tradition, 96.21Knysh, Ibn `Arabi in the Later Islamic Tradition, 89.22Tentang wahdat al-wujud, lihat Chittick, “Wahdat al-Wujud in Islamic Thought,”Bulletin of the Henry Martyn Institute of Islamic Studies, 10 (1991), 7-27;Chittick, “Rumi and Wahdat al-wujud,” dalam Amin Banani; Richard GHovannisian; Georges Sabagh, Poetry and Mysticism in Islam : the Heritage ofRumi (New York : Cambridge University Press, 1994): Chittick, “Sadr al-Din al-Qunawi on the Oneness of Being,” International Philosophical Quarterly, 21(1981), 171-184.23Ini terjemahan Chittick tentang al-a`yan al-thabita dalam SPK, 7 dan seterusnya(passim). Knysh juga memakai terjemahan ini.24Semua istilah semacam “pre-existent”—yang bukan merupakan terjemahanlangsung dari bahasa Inggris dari ekspresi yang digunakan Ibn al-`Arabi, dandengan demikian sangat berbeda dengan diskursus utamanya—dapat menjadisangat problematik. Hal ini disebabkan karena, seperti dikatakan Knysh,diskursus yang dipakai Ibn al-`Arabi “dengan sengaja dibuat untukmenyamarkan esensinya.” (9). Hal ini bukan berarti bahwa Ibn al-‘Arabi sengajamenempatkan dirinya sebagai obkurantis (orang yang konsep-konsepnyakabur/samar), akan tetapi untuk mengingatkan kita bahwa Ibn al-`Arabimengakui keterbatasan bahasa di dalam usaha menjelaskan Yang Real. Dalamhal ini, Ibn al-`Arabi mencoba membedakan antara absolute no-thing-ness (ketiada-ansesuatu yang absolut) dengan absolute non-existence (non-eksis yangyang absolut) yang merupakan asal muasal Tuhan mencipta alam semesta. Sejauh“pre-existence” berarti adanya sesuatu “existence”—sekalipun mungkin masihbersifat potential dan tidak actual—ini bukan yang dimaksud oleh Ibn al-`Arabiketika dia mencoba menjelaskan sesuatu sebagai “sesuatu” yang benar-benarBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 271

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!