12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>Begitu pula dengan agama-agama yang lahir di India seperti Buddhadan Jainisme, atau yang lahir di Tiongkok seperti Taoisme danKonghucu, kita juga melihat kesamaan satu sama lain.Bagi Pak Djohan, dalam kaitan dengan masalah relativisme dansinkretisme dalam beragama ini, akhirnya semua itu terpulang padapenilaian kita sendiri, pada keputusan hati nurani kita. Pak Djohansering mengutip Hadis Nabi, “Mintalah fatwa pada hati nuranimusendiri.” Pak Djohan tampak selalu mendorong untuk terusmempertimbangkan berbagai kemaslahatan dari sebuah keputusanpembaruan keagamaan. Bagi Pak Djohan pada akhirnya, agama itupada dasarnya adalah penafsiran. Sedangkan penafsiran sering kalibersifat personal. Kalau saya mengatakan menurut agama begini,maka yang saya maksud dengan kata agama adalah “agama dalampandangan saya”. Demikianpun Islam, bukan hanya Islam an sich,tapi Islam menurut mazhab yang saya anut, lebih lanjut lagi, Islammenurut pemahaman saya sendiri. Di sinilah terletak nilai pentingkesadaran akan kerelatifan pendapat kita agar kita tidak bertikaihanya karena perbedaan tafsir yang sama-sama bisa benar bisa salah.Apa yang kita yakini sebagai ajaran agama, bagaimanapun, lebihbersifat persepsi dan interpretasi manusia yang hidup dalam serbaketerbatasan, baik pengetahuan maupun pengalaman.Itu sebabnya dalam hal menjaga kehidupan plural, Pak Djohanterus mendukung sikap “relativisme internal” di kalangan kaummuslim, juga antaragama. Dan untuk bisa sampai pada sikap yangsangat penting ini, Pak Djohan sering mengingatkan bahwa sejarahperkembangan Islam di Indonesia penuh dengan sikap toleransi. Iamisalnya sering mencontohkan ketika Kaum Muda muncul diSumatera Barat, dan Muhammadiyah, al-Irsyad, kemudian Persislahir di Jawa, terjadi perdebatan dan polemik yang luar biasamenyangkut sebuah penafsiran Islam. Tapi sikap para ulama KaumTua di Sumatera Barat dan ulama-ulama pesantren di Jawa tidakminta penguasa untuk melarang kehadiran lawan-lawan mereka,atau memobilisasi massa untuk menghancurkan keberadaan merekasebagai “sesat” misalnya. Yang terjadi malah sebaliknya, tidak jarangmereka berdebat, tetapi tetap bersahabat satu sama lain. Begitu jugadalam menghadapi kemunculan aliran Ahmadiyah di Indonesiasebelum kemerdekaan. Perdebatan dan polemik sengit terjadi tapihak hidup kaum Ahmadiyah tidak diusik sedikitpun.XXVIII |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!