12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>sebagai sesuatu yang benar itu sama halnya men-”tuhan”-kanpendapat kita sendiri. Kata Pak Djohan, “Bukankah dalampengalaman kita sehari-hari kita sering berubah pendapat? Pendapatyang kita anggap benar kemarin atau tadi pagi mungkin sekarangkita tinggalkan karena ternyata salah”. Sebab selengkap apapuninformasi yang kita terima pasti tidak sempurna, di sampingkemampuan kita untuk menangkap juga mempunyai keterbatasan.Tidak mungkin penuh. Manusia memang bukan Tuhan. Manusiabagi Pak Djohan adalah makhluk dla‘îf yang relatif.Sementara soal “sinkretisme”, bagi Pak Djohan sinkretisme tidakmungkin kita hindari. Kita ini hidup dalam lingkaran sistem sosialdan budaya yang bertumpang tindih. Pak Djohan menyontohkanyang paling sederhana adalah perkawinan. Sebagai muslim, misalnyakita melakukan akad nikah menurut fiqh munâkahât atau aturanaturanpernikahan, upacara pestanya menurut adat suku kita, Jawa,Batak, Bugis atau suku apa saja, administarsi pencatatannyamengikuti aturan sekuler, yaitu negara. Ini sedikit-banyak menurutPak Djohan telah bersifat sinkretis. Dan itu hal yang wajar, berkaitandengan yang kaidah yang diajarkan dalam ushul fikih bahwa dalampenerapan syariat penting mempertimbangkan faktor `urf ataubudaya setempat.Dalam contoh yang lebih kompleks, umat Islam sekarang hidupdalam dunia global dengan pergaulan masyarakat majemuk. Kitahidup pada abad informasi. Kita tidak mungkin menutup diri kitauntuk menerima informasi yang datang dari berbagai pihak. Malahankita memerlukan sebanyak-banyaknya informasi agar kita tidakhidup seakan-akan di dalam tempurung. Termasuk dalam kaitankehidupan beragama. Kita bisa dan perlu menimba berbagai nilailuhur yang dibawa oleh berbagai agama, karena hal itu akanmemperkaya pengalaman keberagamaan kita. Ini tidak berarti lalukita mencampuradukkan ajaran-ajaran agama. Juga perlu disadaribahwa dalam realitas dunia keagamaan, agama-agama besar, misal -nya, memiliki pengelompokan masing-masing. Bagi Pak Djohan,agama-agama seperti Yahudi, Kristen, Islam, Sabiin, mungkin jugaBahai, dapat dikelompokkan sebagai agama Ibrahimi. Karena itu bisadilihat bagaimana titik-titik kesamaan dalam akidah dan ibadah. BagiPak Djohan, bisa saja dalam perkembangan sejarah di masa laluterjadi proses saling mempengaruhi, atau yang disebut “sinkretisme”.Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| XXVII

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!