12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>mereka yang mempunyai keberatan serius terhadap penggunaanfigur ini disebabkan kontroversi dalam beberapa aspek pemikiran -nya, penulis akan merespon dengan dua cara. Yang pertama,menunjukkan bahwa pemikir terbesar dan paling kreatif di dalamsejarah agama-agama selalu menjadi pusat kontroversi. Sejak dariMaimonides sampai Augustinus, sampai Sankara, sampai al-Shafi’idan Ibn Rushd, rekaman sejarah selalu penuh dengan ceritamengenai “persoalan” yang disebabkan terutama oleh para geniusagama yang sangat berbakat ini. 35 Yang kedua, dengan mengatakanbahwa, jika di dalam melakukan proses eliminasi (dalam hal inimenolak) tradisi, kita ingin melakukannya dengan mempertimbang -kannya secara fair dan akurat ke-“ortodoks”-an seorang pemikiragama, maka kita harus melakukannya atas dasar analisis yang fairdan terbuka terhadap ajaran-ajarannya sendiri dan bukan atas dasarpropaganda yang mungkin ada yang berkaitan dengan figur yang kitabicarakan. Bagi seorang figur semacam Ibn al-`Arabi dan jika kitamemandang ajarannya sebagai ekspresi ortodoksi Islam mengenai isukeanekaragaman agama dan dialog agama, maka proses analisa yangfair ini bisa jadi lebih sederhana dan lebih langsung daripada yangdisangka.Pada satu esainya yang terkenal mengenai hermeneutika Bibel,Michael Fishbane mencatat bahwa tradisi penafsiran mistik rabbinikyang dikenal dengan Sod 36 dimulai dengan prinsip bahwa kata-katakitab suci berbicara kepada pembaca dengan “tanpa penjedaan.”Kemudian Fishbane menegaskan, “Terdapat ekspresi berkelanjutandari teks; dan ini tersingkap dalam reinterpretasi yang tengahberlangsung. Namun, Sod” tandas Fishbane, “lebih dari sekedareternitas atau kontinuitas interpretasi dari sudut manusiawi. Ia jugamenunjuk kepada misteri ilahi dari firman dan makna.” 37 Fishbaneselanjutnya berbicara mengenai “tugas kenabian” untuk “meng -hancur kan berhala-berhala pemahaman dangkal” dan memperbaiki“misteri firman di dalam peran transendennya dalam penciptaanrealitas manusia.” Ia menekankan bahwa suatu fungsi primer daripenafsir mistis—individu seperti Ibn al-`Arabi—adalah “melanjutkanmisi kenabian ini.” “Di dalam pelayanan Sod [yakni, penafsiranmistis] lah ,” bahwa para penafsir mistikal seperti Mahaguru kitamemediasi “sejumlah besar interpretasi” karena “dia melawandogmatisasi makna serta tersembunyinya cahaya firman ilahi.”Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 249

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!