Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
12.07.2015 Views

Democracy Projectexnihillo) yang ekuivalen dengan ajaran Alquran adalah “penciptaandari non-eksistensi.’ Dari segala sesuatu yang diciptakan (diwujud-kan) atau akan diciptakan, Ibn al-`Arabi menyatakan, bahwa: “Dia[Tuhan] tidak pernah berhenti melihatnya. Barang siapa berpendapatbahwa alam semesta abadi,” Ibn al-`Arabi mengingatkan, adalah“karena melihat dari perspektif ini [akan tetapi melihatnya secarasalah!]. Akan tetapi barang siapa memandang wujud kosmos dalamhubungannya dengan wujud entitasnya [atau “sesuatu” (thing-ness)]dan kenyataan bahwa ia tidak dalam kondisi ini ketika Realitasmelihatnya, akan mempertahankan [dengan benar] bahwa alamsemesta itu dicipta secara terus menerus (fi huduth daim/temporarllyoriginated).” 25Ringkasnya, Ibn al-`Arabi dengan ajarannya tentang al-a’yan althabitabermaksud untuk mempertahankan kesetiaannya dengandoktrin Alquran mengenai ke “baru”an alam semesta sekaligus jugamenegaskan bahwa tak ada sesuatupun—khususnya ciptaan Allah—yang “baru” atau “asing” bagi Allah sendiri. Akan tetapi karenakonteks historisnya, profesi yang dia miliki sebagai penjaga ortodoksidan ortopraksi, Ibn Taymiyyah tidak memahami ajaran Ibn al-`Arabiini sebagaimana yang dimaksudkan. Sebaliknya dia memahaminyasebagai bagian dari ancaman yang lebih luas terhadap ajaran arusutama (mainstream) Islam dimana Ibn al-`Arabi sendiri tidakmempunyai peranan untuk itu dalam masa hidupnya. Berbicaratentang ajaran Ibn al-Arabi tentang al-a’yan al-thabita Ibn Taymiyyahmenulis:. . . [D]ia mencampur dua teori [penyimpangan] menjadi satu,yaitu di satu sisi ia menegasikan eksistensi Tuhan, dan di sisi yanglain menegasikan [status] Nya sebagai asal muasal alam semestayang diciptakan. Oleh karenanya dia menolak Tuhan sebagaiPencipta [alam semesta] dan menegaskan tidak ada eksistensiTuhan maupun perbuatan menciptakan. Dengan melakukan halini, dia (Ibn al-`Arabi) membatalkan atau menghilangkan[pandangan Alquran] tentang “Tuhan seluruh alam.” [Bagi dia]tidak ada eksistensi Tuhan maupun alam semesta yang dikuasaiTuhan. Dengan kata lain, tidak ada sesuatupun kecuali wujudyang tidak berubah dan wujud yang menjaganya. 26244 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Democracy ProjectDi samping kecaman yang demikian keras terhadap pemikiranIbn al-`Arabi, yang menarik untuk dicatat di sini adalah bahwa IbnTaymiyyah menghindar untuk tidak menyerang secara ad hominemseperti yang dapat kita temukan dalam tulisan-tulisan murid-muridIbn Taymiyyah generasi selanjutnya. Di antara orang-orang yangmenganut paham kesatuan wujud yang diinterpretasikan IbnTaymiyyah sebagai heretik/menyimpang, termasuk Ibn al-`Arabisendiri, Ibn Taymiyyah mengatakan bahwa yang terakhir (Ibn al-`Arabi) adalah:…orang yang paling dekat dengan Islam di antara yanglainnya… Dia paling tidak membedakan antara Yang Esa YangBermanifestasi dengan bentuk-bentuk konkrit dari manifestasi -Nya. Lebih jauh, dia menegaskan validitas Perintah danLarangan Tuhan, serta Hukum Tuhan sebagai landasannya. Diajuga menginstruksikan para pengembara dengan jalan[mistik/tasauf] bagaimana mencapai standar moral yang tinggidan perbuatan-perbuatan kesalehan, sebagaimana juga diamal -kan oleh Sufi lain dan murid-murid mereka. Oleh karenanya,banyak ahli ibadah (‘ubbad) yang belajar [aturan-aturan] yangberkaitan dengan jalan mistik/tasauf melalui instruksinya (Ibnal-`Arabi), dan dengan demikian mereka banyak mengambilmanfaat darinya, sekalipun kadang-kadang mereka gagal untukmemahami ajaran tasaufnya yang sangat mendalam. 27Dengan mengakui integritas dan keindahan ritual dan moralkawan sesama sufinya, Ibn Taymiyyah sebenarnya secara langsungtelah memposisikan dirinya dalam mainstream tasauf yang selalumenekankan dan meletakkan tindakan/tingkah laku benar sebagaihal yang utama dan absolut sejajar dengan pencarian spiritual.Memang, sesuatu yang sangat mengesankan Abu Hamid al-Ghazalidan membuatnya memilih jalan tasauf sepanjang masa-masapencariannya akan kebenaran adalah bahwa para sufi merupakanorang-orang yang mengajarkan kebenaran, pertama dan terutama,dengan melalui contoh kehidupannya:Kehidupan mereka adalah kehidupan yang terbaik, metodemereka merupakan metode terindah, karakter mereka merupakanBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 245

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>exnihillo) yang ekuivalen dengan ajaran Alquran adalah “penciptaandari non-eksistensi.’ Dari segala sesuatu yang diciptakan (diwujud-kan) atau akan diciptakan, Ibn al-`Arabi menyatakan, bahwa: “Dia[Tuhan] tidak pernah berhenti melihatnya. Barang siapa berpendapatbahwa alam semesta abadi,” Ibn al-`Arabi mengingatkan, adalah“karena melihat dari perspektif ini [akan tetapi melihatnya secarasalah!]. Akan tetapi barang siapa memandang wujud kosmos dalamhubungannya dengan wujud entitasnya [atau “sesuatu” (thing-ness)]dan kenyataan bahwa ia tidak dalam kondisi ini ketika Realitasmelihatnya, akan mempertahankan [dengan benar] bahwa alamsemesta itu dicipta secara terus menerus (fi huduth daim/temporarllyoriginated).” 25Ringkasnya, Ibn al-`Arabi dengan ajarannya tentang al-a’yan althabitabermaksud untuk mempertahankan kesetiaannya dengandoktrin Alquran mengenai ke “baru”an alam semesta sekaligus jugamenegaskan bahwa tak ada sesuatupun—khususnya ciptaan Allah—yang “baru” atau “asing” bagi Allah sendiri. Akan tetapi karenakonteks historisnya, profesi yang dia miliki sebagai penjaga ortodoksidan ortopraksi, Ibn Taymiyyah tidak memahami ajaran Ibn al-`Arabiini sebagaimana yang dimaksudkan. Sebaliknya dia memahaminyasebagai bagian dari ancaman yang lebih luas terhadap ajaran arusutama (mainstream) Islam dimana Ibn al-`Arabi sendiri tidakmempunyai peranan untuk itu dalam masa hidupnya. Berbicaratentang ajaran Ibn al-Arabi tentang al-a’yan al-thabita Ibn Taymiyyahmenulis:. . . [D]ia mencampur dua teori [penyimpangan] menjadi satu,yaitu di satu sisi ia menegasikan eksistensi Tuhan, dan di sisi yanglain menegasikan [status] Nya sebagai asal muasal alam semestayang diciptakan. Oleh karenanya dia menolak Tuhan sebagaiPencipta [alam semesta] dan menegaskan tidak ada eksistensiTuhan maupun perbuatan menciptakan. Dengan melakukan halini, dia (Ibn al-`Arabi) membatalkan atau menghilangkan[pandangan Alquran] tentang “Tuhan seluruh alam.” [Bagi dia]tidak ada eksistensi Tuhan maupun alam semesta yang dikuasaiTuhan. Dengan kata lain, tidak ada sesuatupun kecuali wujudyang tidak berubah dan wujud yang menjaganya. 26244 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!