12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>masyarakat pedagang. Yang memiliki tanah pertanian adalah orangyang kaya. Sebab di tanah Arab lahan pertanian terbatas dan mahal.Beda halnya dengan Indonesia. Masyarakat Indonesia adalahmasyarakat agraris. Pendapatan dari hasil pertanian sangat sedikitdan bagi kebanyakan petani jauh dari mencukupi. Kalau ketentuanfikih zakat seperti yang tercantum dalam buku-buku fikih itu yangdilaksanakan, maka bagi petani ketentuan semacam itu terasa tidakadil. Zakat pertanian itu sendiri mengandung persoalan ketika adapembedaan jumlah presentase zakat atas pertanian tadah hujan danmemakai irigasi. Kadar zakat yang pertama lebih banyak daripadakadar zakat yang kedua, padahal penghasilan pertanian tadah hujanlebih sedikit daripada pertanian yang memakai irigasi. Kadarzakatnya mestinya dibalik, kalau tidak maka akan terjadi ketidak -adilan.Menurut Pak Djohan, Kalau kita masih mempertahankanketentuan-ketentuan zakat sebagaimana yang diatur dalam kitabkitabfikih, itu sama artinya kita bersikeras istilah Pak Djohan“mempertahankan kendaraan onta, ketika orang lain sudah naikpesawat jet”.Dengan contoh-contoh ini Pak Djohan sangat sadar bahwapenerapan ajaran-ajaran Islam, khususnya yang menyangkutkehidupan publik, yakni yang menyangkut kepentingan semua pihak,harus dipertimbangkan faktor‘urf atau budaya setempat. Sebabbagaimanapun penafsiran dan penerapan ajaran-ajaran agama tidaklepas dari konteks sosial budaya. Penafsiran dan penerapannyamestinya bersifat kontekstual. Di sini sebagai pemikir Pak Djohansegaris dengan kalangan yang biasa disebut “Islam Liberal” yangsangat sadar tentang arti penting “relativisme” dan “sinkretisme”yang sehat.Menarik, bagi Pak Djohan, kita tidak mungkin menghindari“relativisme” dan “sinkretisme” dalam mengembangkan pemikirankeagamaan. Relativisme bagi Pak Djohan adalah sebuah keniscayaansedangkan sinkretisme adalah sebuah kenyataan. Relativisme bagiPak Djohan justru diperlukan karena kita memang makhluk yangbersifat relatif. Sebab yang bersifat mutlak hanyalah Tuhan.Hanya Tuhanlah yang Mahamutlak Benar. Sedangkan pendapatkita bisa benar dan bisa salah. Karena itu kita tidak seyogianyamemutlakkan pendapat kita. Kalau kita memutlakkan pendapat kitaXXVI |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!