12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>bermacam-macam latar belakangnya, termasuk kehadiran berbagaiagama dan pemeluknya, bisa hidup berbagi dan bersama di atas bumiyang sama, tanpa ada satu kelompok pun yang bersikap sebagai“pemegang sertifikat kepemilikan”.Dalam hal pluralisme ini Pak Djohan juga mengembangkankemungkinan interpretasi yang lebih luas, misalnya dalam penerapanajaran-ajaran agama, khususnya yang menyangkut kehidupan publik,yakni yang menyangkut kepentingan semua pihak, kita harusmempertimbangkan faktor `urf atau budaya setempat. Beberapacontoh yang sering dikemukakan oleh Pak Djohan.Beberapa tahun yang lalu Pak Djohan diminta pendapat olehseorang perempuan yang ditinggal wafat suaminya, yang kebetulanseorang ulama. Beliau menghadapi kasus pembagian waris denganbeberapa anak tirinya. Si ibu ini merasa pembagian waris itu tidakadil karena para anak tirinya menuntut agar harta itu dibagi menurutfiqh farâ’idl atau aturan-aturan tentang pembagian warisan di manasi ibu hanya mendapat seper-enambelas. Padahal kata beliau hartaitu, terutama rumah, adalah juga berasal dari hasil kerjanya. Hasildari jerih payahnya sebagai pembatik. Ketika hal ini disampaikankepada seorang ulama keturunan Timur Tengah ia mengatakanpembagian warisan tidak bisa lain kecuali menurut fiqh farâ’idl.Kalau sebagian harta itu hasil jerih payah si ibu, itu salah sendirikenapa dia mau bekerja, dan kenapa dia bersedia memakai uangnyauntuk membeli rumah itu. Sebab nafkah, termasuk menyediakantempat tinggal, adalah tanggung jawab suami. Ketika si ibu itubertanya pada Pak Djohan, ia mengatakan bahwa dalam masyarakatmuslim Banjar harta warisan itu disebut harta parpantangan yangharus dibagi dua dulu, sebelum dibagi waris. Harta tersebut adalahharta bersama suami-istri. Sebab separoh harta itu milik si ibu. Yangdibagi hanya yang separoh lagi, dan dari harta yang dibagi itu diamasih dapat bagian seper-enambelas. Konsep harta parpantangan itumuncul karena istri dalam masyarakat Banjar umumnya juga ikutbekerja mencari rizki. Dalam masyarakat Jawa Pak Djohanmenyebutnya sama dengan harta gono-gini.Contoh lain yang sering dikemukakan Pak Djohan adalahmasalah zakat. Menurut fikih zakat atau aturan-aturan zakat, hartayang diambil sebagai zakat dari petani jauh lebih besar daripadapedagang. Hal ini bisa dipahami karena masyarakat Arab adalahBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| XXV

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!