Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
12.07.2015 Views

Democracy Projectdiakui sebagai kepala arbitrator Madinah untuk menyelesaikan segalaperselisilahan antar-komunal. Orang-orang Yahudi diberi jaminanotonomi keagamaan dan kultural, serta diakui sebagai suatukomunitas bersama-sama kaum muslimin. 56INKLUSIVISME VERSUS EKSKLUSIVISMEDi kalangan kaum Muslimin, sudut pandang teologis yangberkembang secara luas selama berabad-abad adalah yang bersifateksklusif. Sejumlah ayat Alquran – seperti 3:19, 85; dan 5:3, yangtelah dibahas di atas–yang menekankan keistimewaan Islam sebagaiagama yang diridai Tuhan telah menjadi basis selama berabad-abaduntuk menegaskan eksklusivisme Islam.Tidak jelas kapan eksklusivisme ini menghegemoni kaummuslimin. Yang jelas, pada masa yang awal pandangan semacam itubelum mendominasi alam pikiran Islam. Seperti telah dikemukakansebelumnya, pada masa awal Islam, bacaan alternatif untuk kata“islam” dalam 3:19 adalah “hanifiyyah,” yang secara jelas tidakmencerminkan eksklusivisme. 57 Sayangnya, pandangan yang inklu -sivistik tentang Islam ini ikut terkubur dalam proses penunggalantradisi teks dan bacaan Utsmani yang diupayakan secara gigih–dengan dukungan penuh otoritas politik–sekitar empat abad pertamaIslam. 58Penafsiran-penafsiran yang eksklusif tentang Islam bahkandiperluas kebanyakan mufasir untuk mencakupkan ayat-ayat yangbernuansa inklusif. Salah satu bagian Alquran semacam ini adalah2:62, yang telah dikutip di atas. Dalam tafsir-tafsir klasik, sepertidalam Tafsir al-Thabari 59 misalnya, bagian Alquran ini dipandangsebagai garansi Tuhan terhadap empat kelompok keagamaan–yaknimukmin, Yahudi, Nasrani dan Sabiun–bersyaratkan tiga hal:beriman, percaya pada Hari Kemudian, dan beramal saleh. Tetapi,syarat beriman di sini mencakup keimanan kepada Allah dan NabiMuhammad. Jadi, dengan ungkapan lain, yang mendapat garansi ituadalah mereka yang telah memeluk Islam. Sebagian mufassir lainnyabahkan merujuk pandangan Ibn Abbas yang menyatakan bahwapernyataan dalam 2:62 telah di-nasakh dengan turunnya bagianAlquran yang menegaskan bahwa hanya Islamlah yang diterimaTuhan sebagai agama yang diridhai. 60Doktrin eksklusivisme Islam semacam itu tetap bertahan dalam230 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Democracy Projectalam pikiran kaum muslimin hingga dewasa ini. Sayyid Quthb,misalnya, menegaskan bahwa validitas keimanan kelompokkelompokmasyarakat non-Islam hanya terbatas pada masa pra-Muhammad. 61 Pandangan ini jelas tercerabut dari akar kesejarahanAlquran. Konteks bagian-bagian Alquran yang telah dikemukakan diatas secara jelas merujuk kepada hubungan antara Nabi–sebagaiarbitrator–dan suatu komunitas aktual, yakni komunitas-komunitaskeagamaan yang hidup berdampingan dengan kaum Muslimin dikota Madinah, bukan komunitas ahistoris yang eksis dalam dunianon-fisik atau dalam konteks kesejarahan masa silam yang berbeda. 62Dengan pembatasan semacam ini, berbagai ketentuan Alquran yangbertalian dengan komunitas keagamaan lain–misalnya kebolehanmemakan sembelihan komunitas keagamaan lain (ahl al-kitab) danmelakukan pernikahan dengan mereka, seperti telah disinggung diatas–tentunya tidak lagi memiliki makna. Sebab, komunitas yangdirujuk dalam ketentuan-ketentuan tersebut eksis dalam kontekskesejarahan pra-Muhammad.GERAKAN PEMBARUAN DAN INKLUSIVISMEPemahaman Islam yang bersifat inklusif–dengan mengenyamping kantafsir mistis 63 –memang telah dikemukakan secara frontal olehsejumlah pemikir muslim pada periode modern Islam. MuhammadAbduh, misalnya, berpendapat bahwa jalan menuju Tuhan tidakmesti dibatasi dengan keimanan menurut cara Islam. Murid Abduh,Rasyid Ridla, memperkuat pandangan gurunya itu. 64 Ahmad Khanbahkan membuat komentar Bible, Tabyin al-Kalam, untukmenunjukkan kesamaan-kesamaan antara Islam dan Kristen. 65Sementara sarjana dan pemikir neo-modernis asal Pakistan, FazlurRahman, menegaskan inklusivisme Islam dalam sejumlah karyanya. 66Di kalangan ulama Syi’ah kontemporer, Allamah Thabathabai jugamengungkapkan pandangan senada.Di Indonesia, gagasan-gagasan tentang Islam inklusif telah mulaibermunculan. Nama-nama seperti Djohan Effendi, Ahmad Wahib,Nurcholish Madjid, Ahmad Syafii Maarif, Abrurrahman Wahid, danAlwi Shihab, merupakan sebagian kecil dari sarjana muslim negeriini yang mempublikasikan tulisan-tulisan tentang inklusivisme Islam.Bahkan, Muhammadiyah, salah satu pergerakan Islam terbesar dinusantara, telah menerbitkan sebuah tafsir tematik tentang hubunganBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 231

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>diakui sebagai kepala arbitrator Madinah untuk menyelesaikan segalaperselisilahan antar-komunal. Orang-orang Yahudi diberi jaminanotonomi keagamaan dan kultural, serta diakui sebagai suatukomunitas bersama-sama kaum muslimin. 56INKLUSIVISME VERSUS EKSKLUSIVISMEDi kalangan kaum Muslimin, sudut pandang teologis yangberkembang secara luas selama berabad-abad adalah yang bersifateksklusif. Sejumlah ayat Alquran – seperti 3:19, 85; dan 5:3, yangtelah dibahas di atas–yang menekankan keistimewaan Islam sebagaiagama yang diridai Tuhan telah menjadi basis selama berabad-abaduntuk menegaskan eksklusivisme Islam.Tidak jelas kapan eksklusivisme ini menghegemoni kaummuslimin. Yang jelas, pada masa yang awal pandangan semacam itubelum mendominasi alam pikiran Islam. Seperti telah dikemukakansebelumnya, pada masa awal Islam, bacaan alternatif untuk kata“islam” dalam 3:19 adalah “hanifiyyah,” yang secara jelas tidakmencerminkan eksklusivisme. 57 Sayangnya, pandangan yang inklu -sivistik tentang Islam ini ikut terkubur dalam proses penunggalantradisi teks dan bacaan Utsmani yang diupayakan secara gigih–dengan dukungan penuh otoritas politik–sekitar empat abad pertamaIslam. 58Penafsiran-penafsiran yang eksklusif tentang Islam bahkandiperluas kebanyakan mufasir untuk mencakupkan ayat-ayat yangbernuansa inklusif. Salah satu bagian Alquran semacam ini adalah2:62, yang telah dikutip di atas. Dalam tafsir-tafsir klasik, sepertidalam Tafsir al-Thabari 59 misalnya, bagian Alquran ini dipandangsebagai garansi Tuhan terhadap empat kelompok keagamaan–yaknimukmin, Yahudi, Nasrani dan Sabiun–bersyaratkan tiga hal:beriman, percaya pada Hari Kemudian, dan beramal saleh. Tetapi,syarat beriman di sini mencakup keimanan kepada Allah dan NabiMuhammad. Jadi, dengan ungkapan lain, yang mendapat garansi ituadalah mereka yang telah memeluk Islam. Sebagian mufassir lainnyabahkan merujuk pandangan Ibn Abbas yang menyatakan bahwapernyataan dalam 2:62 telah di-nasakh dengan turunnya bagianAlquran yang menegaskan bahwa hanya Islamlah yang diterimaTuhan sebagai agama yang diridhai. 60Doktrin eksklusivisme Islam semacam itu tetap bertahan dalam230 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!