Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
12.07.2015 Views

Democracy Projectmelihat asumsi-asumsi ideologis dari suatu pemikiran.Menurut Pak Djohan, masyarakat Sunni memang sudah lamamencampakkan filsafat sehingga kemampuan untuk melakukandialog intelektual pada tataran yang lebih tinggi dari sekadarkeinginan untuk menerapkan norma-norma untuk kehidupan publiksangat langka. Maka yang lebih dominan dalam kehidupanmasyarakat Sunni adalah pendekatan legalistik, dan karena itumenuntut formalisasi norma-norma agama dalam wilayah publik.Dari sinilah muncul tuntutan penerapan syariat Islam yang munculdi Indonesia belakangan ini.Kenyataan masyarakat Indonesia yang seperti inilah yangmembuat diskursus seperti sekularisme, liberalisme, dan pluralismeyang dikaitkan dengan kebebasan beragama menjadi sesuatu yangsulit dalam masyarakat. Menurut Pak Djohan perlu pengembangankualitas intelektual masyarakat untuk dapat melihat masalah Islamlebih dalam, atau melampaui dari masalah fikih. Di sinilahsumbangan Pak Djohan dalam karirnya sebagai pemikir Islam, yaitutanpa lelah, terus menerus menyosialisasikan perspektif baru yangdiperlukan dalam melihat realitas umat Islam di Indonesia.Misalnya dalam hal fatwa MUI tentang pluralisme, menurut PakDjohan, dalam pengharaman pluralisme tersebut tampak kesalah -pahaman dan kerancuan. MUI menolak pluralisme karena merekamemahami pluralisme sebagai paham yang menganggap semuaagama sama. Bagi Pak Djohan, anggapan ini jelas-jelas muncul akibatmasih ada yang bersikeras mengatakan bahwa syariat Islam itu hanyasatu, sebab Islam hanya satu, MUI tidak melihat dan mengakuirealitas kehidupan umat Islam di Indonesia yang dalam kenyataannyaberbeda-beda (plural). Sementara dalam kerancuan tersebut MUImenerima pluralitas. Ini menjadikan MUI lebih rancu lagi. Sebab,dengan sikap apa dan bagaimana kita menerima pluralitasmasyarakat itu? Menurut Pak Djohan tidak ada jalan lain, ya denganpluralisme. Munculnya ide pluralisme justru berangkat darianggapan bahwa agama-agama pada dasarnya tidak sama, dankarena itu pluralisme diperlukan untuk menjawab realitasmasyarakat kita yang plural. Karena ada realitas yang berwujudplural dalam masyarakat Indonesia, maka kita perlu bersikap pluralis,yakni menerima dan menghargai realitas yang plural itu. Inilah pesanyang dibawa oleh pluralisme. Yakni, agar masyarakat Indonesia yangXXIV |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Democracy Projectbermacam-macam latar belakangnya, termasuk kehadiran berbagaiagama dan pemeluknya, bisa hidup berbagi dan bersama di atas bumiyang sama, tanpa ada satu kelompok pun yang bersikap sebagai“pemegang sertifikat kepemilikan”.Dalam hal pluralisme ini Pak Djohan juga mengembangkankemungkinan interpretasi yang lebih luas, misalnya dalam penerapanajaran-ajaran agama, khususnya yang menyangkut kehidupan publik,yakni yang menyangkut kepentingan semua pihak, kita harusmempertimbangkan faktor `urf atau budaya setempat. Beberapacontoh yang sering dikemukakan oleh Pak Djohan.Beberapa tahun yang lalu Pak Djohan diminta pendapat olehseorang perempuan yang ditinggal wafat suaminya, yang kebetulanseorang ulama. Beliau menghadapi kasus pembagian waris denganbeberapa anak tirinya. Si ibu ini merasa pembagian waris itu tidakadil karena para anak tirinya menuntut agar harta itu dibagi menurutfiqh farâ’idl atau aturan-aturan tentang pembagian warisan di manasi ibu hanya mendapat seper-enambelas. Padahal kata beliau hartaitu, terutama rumah, adalah juga berasal dari hasil kerjanya. Hasildari jerih payahnya sebagai pembatik. Ketika hal ini disampaikankepada seorang ulama keturunan Timur Tengah ia mengatakanpembagian warisan tidak bisa lain kecuali menurut fiqh farâ’idl.Kalau sebagian harta itu hasil jerih payah si ibu, itu salah sendirikenapa dia mau bekerja, dan kenapa dia bersedia memakai uangnyauntuk membeli rumah itu. Sebab nafkah, termasuk menyediakantempat tinggal, adalah tanggung jawab suami. Ketika si ibu itubertanya pada Pak Djohan, ia mengatakan bahwa dalam masyarakatmuslim Banjar harta warisan itu disebut harta parpantangan yangharus dibagi dua dulu, sebelum dibagi waris. Harta tersebut adalahharta bersama suami-istri. Sebab separoh harta itu milik si ibu. Yangdibagi hanya yang separoh lagi, dan dari harta yang dibagi itu diamasih dapat bagian seper-enambelas. Konsep harta parpantangan itumuncul karena istri dalam masyarakat Banjar umumnya juga ikutbekerja mencari rizki. Dalam masyarakat Jawa Pak Djohanmenyebutnya sama dengan harta gono-gini.Contoh lain yang sering dikemukakan Pak Djohan adalahmasalah zakat. Menurut fikih zakat atau aturan-aturan zakat, hartayang diambil sebagai zakat dari petani jauh lebih besar daripadapedagang. Hal ini bisa dipahami karena masyarakat Arab adalahBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| XXV

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>melihat asumsi-asumsi ideologis dari suatu pemikiran.Menurut Pak Djohan, masyarakat Sunni memang sudah lamamencampakkan filsafat sehingga kemampuan untuk melakukandialog intelektual pada tataran yang lebih tinggi dari sekadarkeinginan untuk menerapkan norma-norma untuk kehidupan publiksangat langka. Maka yang lebih dominan dalam kehidupanmasyarakat Sunni adalah pendekatan legalistik, dan karena itumenuntut formalisasi norma-norma agama dalam wilayah publik.Dari sinilah muncul tuntutan penerapan syariat Islam yang munculdi Indonesia belakangan ini.Kenyataan masyarakat Indonesia yang seperti inilah yangmembuat diskursus seperti sekularisme, liberalisme, dan pluralismeyang dikaitkan dengan kebebasan beragama menjadi sesuatu yangsulit dalam masyarakat. Menurut Pak Djohan perlu pengembangankualitas intelektual masyarakat untuk dapat melihat masalah Islamlebih dalam, atau melampaui dari masalah fikih. Di sinilahsumbangan Pak Djohan dalam karirnya sebagai pemikir Islam, yaitutanpa lelah, terus menerus menyosialisasikan perspektif baru yangdiperlukan dalam melihat realitas umat Islam di Indonesia.Misalnya dalam hal fatwa MUI tentang pluralisme, menurut PakDjohan, dalam pengharaman pluralisme tersebut tampak kesalah -pahaman dan kerancuan. MUI menolak pluralisme karena merekamemahami pluralisme sebagai paham yang menganggap semuaagama sama. Bagi Pak Djohan, anggapan ini jelas-jelas muncul akibatmasih ada yang bersikeras mengatakan bahwa syariat Islam itu hanyasatu, sebab Islam hanya satu, MUI tidak melihat dan mengakuirealitas kehidupan umat Islam di Indonesia yang dalam kenyataannyaberbeda-beda (plural). Sementara dalam kerancuan tersebut MUImenerima pluralitas. Ini menjadikan MUI lebih rancu lagi. Sebab,dengan sikap apa dan bagaimana kita menerima pluralitasmasyarakat itu? Menurut Pak Djohan tidak ada jalan lain, ya denganpluralisme. Munculnya ide pluralisme justru berangkat darianggapan bahwa agama-agama pada dasarnya tidak sama, dankarena itu pluralisme diperlukan untuk menjawab realitasmasyarakat kita yang plural. Karena ada realitas yang berwujudplural dalam masyarakat Indonesia, maka kita perlu bersikap pluralis,yakni menerima dan menghargai realitas yang plural itu. Inilah pesanyang dibawa oleh pluralisme. Yakni, agar masyarakat Indonesia yangXXIV |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!